Lebih jauh, memasuki awal 2016 era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah didepan mata. Dengan memanfaatkan media sosial, para wirusahawan muda dapat menjual produk kreatifnya di pasar ASEAN. Ekspansi usaha sangat dimungkinkan dilakukan dengan perantaraan media sosial.
- Media sosial mudahkan kampanye politik
Dalam Pemilu Presiden Republik Indonesia 2014 yang lalu, media sosial menjadi alat kampanye politik yang ampuh. Ini dibuktikan dengan keberhasilan tim sukses Presiden Joko Widodo menjaring pemilih muda. Dimana rentang usia 30 tahun kebawah, kebanyakan memiliki akun media sosial. Pemilih muda ini lebih leluasa mendapatkan informasi mengenai calon pemimpin melalui media sosial.
Kasus serupa juga terjadi di Amerika Serikat. Di negeri Paman Sam tersebut, Barack Obama meraih suara terbanyak setelah tim suksesnya aktif berkampanye melalui  media sosial.
- Media sosial sebagai media dakwah
Mulai sering dijumpai di media sosial, status bernada dakwah. Di Facebook misalnya, tulisan dan gambar berupa ajakan mengerjakan kebaikan mulai banyak berseliweran. Dengan kehadiran media sosial, masyarakat akan semakin religius. Kualitas pemahaman ajaran agama semakin meningkat.
Namun, netizen perlu berhati-hati saat menjumpai tulisan semacam ini. Ayat atau hadis palsu bisa saja beredar. Kekeliruan ayat akan menimbulkan misinterpretasi terhadap ajaran agama itu sendiri. Di internet siapa saja bisa menulis. Pihak yang tak berilmu agama pun bisa saja mempublikasikan tulisan berbau agamis. Dengan tujuan tertentu, pihak yang tak bertanggungjawab ini akan mengaburkan ajaran agama yang murni.
Belum lagi, bila menyoal sah keabsahan ilmu agama yang diperoleh. Sebab, syarat sahnya ilmu agama diperoleh dengan metode berguru (mangkul, musnad, dan muttasil).
- Media sosial membantu gerakan perubahan
Di akun Twitter dikenal istilah trending topic (topik terhangat). Tanda pagar (#) menjadi simbol isu yang ramai netizen perbincangkan. Kasus korupsi petinggi negeri pernah menjadi trending topic Twitter Indonesia. Trending topic di Twitter ini selalu berubah setiap waktu.
Lebih lanjut, belakangan ini, mulai banyak orang yang memanfaatkan media sosial sebagai tempat curahan hati (curhat). Terutama untuk membeberkan layanan publik yang mereka temui.
Sebagai misal, kasus yang menimpa penumpang salah satu maskapai penerbangan swasta yang bernama Kartini K**********. Saat sedang terbang di ketinggian, ia mengaku mendengar suatu bunyi seperti bunyi pintu yang tidak tertutup. Benar saja, ternyata pintu pesawat belum tertutup rapat. Akhirnya, pesawat kembali ke bandara asal. Keluh kesah ini tulis ke dalam akun Facebook miliknya. Kartini mengunggah keluh kesahnya tersebut pada Senin (28/12) lalu sekitar pukul 03.37 WIB. Dia menyampaikan kejadian tak mengenakan yang dialaminya terjadi pada 27 Desember 2015 ketika hendak pulang ke Makassar dari Denpasar.
Adapula kasus tak mengenakan yang dialami salah satu calon penumpang di bandara. Saat petugas bandara memeriksa barang bawaan sang penumpang, petugas tidak merapikan kembali barang yang telah dibuka. Karena kecewa, sang penumpang memotret petugas lalu memberitakan kejadian tersebut ke Facebook pribadinya. Melihat kasus ini, media sosial telah menjadi alat kontrol kebijakan publik.
Media sosial, disatu sisi memiliki segudang manfaat. Namun, disisi lain, media sosial dapat membawa petaka jika tidak digunakan dengan tepat. Beberapa kasus dibawah ini menjadi bukti bahwa keinginan untuk eksis di media sosial ternyata juga dapat berakibat buruk.
- Terseret Air Bah