Mohon tunggu...
Ilhamsyah Chaidir
Ilhamsyah Chaidir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia sederhana yang punya tekad kuat untuk menuangkan kata-kata

Jelma nyata usaha ialah karya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sosok Heroik Oskar Schindler: Sang Nazi Manusiawi

21 Juli 2022   02:03 Diperbarui: 21 Juli 2022   02:05 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbuatan Oskar dalam menyelamatkan orang-orang Yahudi juga memuat alasan yang kuat dan mulia dalam mewarisi rasa kemanusiaanya untuk kehidupan saat ini. Dengan demikian, perbuatan berbohong dan menyogok harus dilihat secara keseluruhan dan harus memiliki alasan yang kuat dan dampak yang besar. 

Terus, etika normatif manakah yang dapat membenarkan perbuatan Oskar (hal yang dipersoalkan dalam film) tersebut ?

Secara jelas etika normatif yang membenarkan perbuatan Oskar adalah membantu dan menyelamatkan nyawa orang itu diatas segala-galanya. Hal ini cukup jelas dan sistematis seperti  yang ditayangkan dalam film ini.  Ada banyak praktik penyiksaan yang bertentangan dengan moral dalam film ini, tetapi langkah yang diambil oleh Oskar adalah menyelamatkannya. 

Oskar menyadari bahwa kekerasan dan penyiksaan tidak dibenarkan dan Oskar mengambil langkah untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi. Perbuatan Oskar ini jelas memuat prinsip-prinsip etis yang disertai dengan alasan yang logis, yaitu memperjuangkan hak asasi manusia untuk memperpanjang nafas orang-orang Yahudi. 

Secara tidak langsung perbuatan Oskar dan perbuatan untuk membantu dan menyelamatkan sudah memberikan petunjuk dan ketentuan yang nyata untuk memanusiakan manusia dan menjadi bukti yang baik dan berdampak. 

Di sisi lain, hal ini harus menjadi pengingat dan pemberi makna bagi penerapan etika normatif dalam kehidupan kita agar senantiasa sesuai dengan koridor dan jalan kebaikan bagi sesama manusia untuk tidak melukai dan mulailah mengasihi. 

Nah, ini juga penting nih! Apakah etika deontologis (non-konsekuensialis) cocok untuk menilai Tindakan Oskar (menyogok tapi menyelamatkan)?

Sejatinya jika kita lihat dari Oskar yang merupakan Nazi, etika deontologis tidak cocok. Hal ini dikarenakan etika deontologis sangat menekankan aturan atau prinsip yang dianut sehingga Nazi seharusnya memperlakukan orang-orang Yahudi dengan tidak baik, bukan dengan menyogok, tetapi menyelamatkan. 

Namun, jika kita lihat dalam perbuatan Oskar secara lebih dalam, yaitu menyogok, tetapi menyelamatkan, etika ini sangat cocok dan merepresentasikan etika deontologis sesungguhnya. Hal ini terjadi karena sejalan dengan 3 kategori kewajiban pokok dalam teori deontologis oleh Samuel Pufendorf, yaitu kewajiban kepada orang lain. 

Dalam hal ini, perbuatan Oskar menyogok untuk menyelamatkan sejatinya adalah bagian dari etika deontologis. Menyelamatkan berarti memberikan kebebasan yang bagi manusia untuk hidup dan memperlakukanya dengan setara. 

Perbuatan Oskar ini juga menunjukkan adanya perbedaan antara kewajibannya sebagai seorang Nazi dan sebagai seorang manusia yang pada akhirnya ia memiliki memanusiakan manusia. Oskar sejatinya mengetahui setiap resiko dan hal yang akan menimpanya. 

Resiko tersebut terjadi ketika Oskar mengalami kebangkrutan akibat kualitas dan kepercayaan penggunaan produknya.  Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi bencana kesedihan bagi dirinya. Karena Oskar sudah mampu menunjukkan hati dan kewajibannya untuk menjadi manusia yang sesungguhnya. 

Penjelasan dan jawaban atas pertanyaan diatas sejatinya sudah buat kita makin terbuka dan penuh dengan makna bahwa memanusiakan manusia diatas segala-galanya.  Tidak peduli sehebat apapun dirimu kalau tidak bisa memanusiakan manusia, maka semua sia-sia dan tidak memiliki nilai yang baik untuk dirimu atau orang sekitarmu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun