Oskar Schindler adalah tokoh pemerjuang hak asasi manusia pada Perang Dunia Kedua yang melanda Eropa kala itu. Kisah heroiknya dalam memperjuangkan hak asasi manusia untuk orang-orang Yahudi pada Perang Dunia kedua menjadi pusat perhatian dan contoh nyata memanusiakan manusia sejak film Schindler List tahun 1993.
Oskar Schindler patut menjadi teladan yang baik dalam hal memperjuangkan hak untuk hidup orang banyak di tengah kekejaman Nazi yang membantai orang-orang Yahudi. Hal ini dikarenakan Oskar mampu mengerahkan segala kemampuan dan hal yang dimilikinya untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi.Â
Meskipun cara yang dilakukannya kurang tepat dan jauh dari jalan yang baik pada umumnya. Mungkin sebagian dari kita bertanya "Maksud dari cara yang kurang tepat dan jauh dari jalan yang baik pada umumnya itu gimana?"Â
Jadi, semenjak Oskar menginjak kakinya di kamp konsentrasi orang-orang Yahudi, Oskar sudah memiliki tujuan awal untuk mendirikan pabrik dan menggunakan orang-orang Yahudi sebagai pekerja dengan tenaga yang murah. Hal ini dilakukan oleh Oskar dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besar dari pabrik yang dimilikinya.Â
Tujuan Oskar ini berhasil dan sukses mendapatkan keuntungan dan kesuksesannya ini tentunya didompleng dengan relasi orang dalam, yaitu dengan menyuap kepada para sesama petinggi Nazi yang merupakan rekan kerja Oskar karena ia juga petinggi Nazi.Â
Selama orang-orang Yahudi bekerja dan Oskar melakukan aktivitasnya sebenarnya Oskar sudah merasakan adanya dilema moral dalam hatinya dan keinginan yang kuat untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi.Â
Oleh karena itu, Oskar pada akhirnya mengerahkan segala kekuatan dan semua harta yang dimilikinya untuk "membeli" orang-orang Yahudi dari tentara Nazi. Dengan "membeli" orang-orang Yahudi, Oskar merasa dirinya lebih baik dan tenang, meskipun orang-orang Yahudi tersebut tetap bekerja di pabriknya.Â
Lantas muncullah pernyataan dan pertanyaan bahwa Oskar adalah seorang Katolik, tetapi Oskar berbohong dan menyogok Nazi untuk mempekerjakan Yahudi di pabriknya. Bagaimana perbuatan Oskar dapat dinilai secara etis?
Dari sudut pandang manapun perbuataan Oskar, yaitu berbohong dan menyogok  jelas salah dan pasti tidak bisa dibenarkan. Hal ini dikarenakan perbuatan tersebut dapat membawa dampak yang berkelanjutan dan merusak kebiasaan yang baik yang sudah terjalin dalam hidup manusia.Â
Akan tetapi, dalam hal ini kita harus melihat gambaran secara keseluruhan dengan melihat realitas bahwa perbuatan Oskar dilakukan sebagai cara agar orang-orang yahudi memiliki penghidupan yang lebih manusiawi dan terbebas dari kejamnya tentara Nazi.Â
Melalui berbohong dan menyogok, Oskar mampu menjaga nafas orang-orang Yahudi untuk hidup, meskipun jauh dari kata layak. Hal ini dikarenakan Oskar masih mempekerjakan mereka dengan menerima upah yang rendah dalam pekerjaannya.Â
Selain itu, perbuatan Oskar sejatinya telah menunjukkan esensi sesungguhnya dari nilai manusiawi dengan memprioritaskan nyawa dibandingkan harta benda yang dimiliki. Â
Perbuatan Oskar dalam menyelamatkan orang-orang Yahudi juga memuat alasan yang kuat dan mulia dalam mewarisi rasa kemanusiaanya untuk kehidupan saat ini. Dengan demikian, perbuatan berbohong dan menyogok harus dilihat secara keseluruhan dan harus memiliki alasan yang kuat dan dampak yang besar.Â
Terus, etika normatif manakah yang dapat membenarkan perbuatan Oskar (hal yang dipersoalkan dalam film) tersebut ?
Secara jelas etika normatif yang membenarkan perbuatan Oskar adalah membantu dan menyelamatkan nyawa orang itu diatas segala-galanya. Hal ini cukup jelas dan sistematis seperti  yang ditayangkan dalam film ini.  Ada banyak praktik penyiksaan yang bertentangan dengan moral dalam film ini, tetapi langkah yang diambil oleh Oskar adalah menyelamatkannya.Â
Oskar menyadari bahwa kekerasan dan penyiksaan tidak dibenarkan dan Oskar mengambil langkah untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi. Perbuatan Oskar ini jelas memuat prinsip-prinsip etis yang disertai dengan alasan yang logis, yaitu memperjuangkan hak asasi manusia untuk memperpanjang nafas orang-orang Yahudi.Â
Secara tidak langsung perbuatan Oskar dan perbuatan untuk membantu dan menyelamatkan sudah memberikan petunjuk dan ketentuan yang nyata untuk memanusiakan manusia dan menjadi bukti yang baik dan berdampak.Â
Di sisi lain, hal ini harus menjadi pengingat dan pemberi makna bagi penerapan etika normatif dalam kehidupan kita agar senantiasa sesuai dengan koridor dan jalan kebaikan bagi sesama manusia untuk tidak melukai dan mulailah mengasihi.Â
Nah, ini juga penting nih! Apakah etika deontologis (non-konsekuensialis) cocok untuk menilai Tindakan Oskar (menyogok tapi menyelamatkan)?
Sejatinya jika kita lihat dari Oskar yang merupakan Nazi, etika deontologis tidak cocok. Hal ini dikarenakan etika deontologis sangat menekankan aturan atau prinsip yang dianut sehingga Nazi seharusnya memperlakukan orang-orang Yahudi dengan tidak baik, bukan dengan menyogok, tetapi menyelamatkan.Â
Namun, jika kita lihat dalam perbuatan Oskar secara lebih dalam, yaitu menyogok, tetapi menyelamatkan, etika ini sangat cocok dan merepresentasikan etika deontologis sesungguhnya. Hal ini terjadi karena sejalan dengan 3 kategori kewajiban pokok dalam teori deontologis oleh Samuel Pufendorf, yaitu kewajiban kepada orang lain.Â
Dalam hal ini, perbuatan Oskar menyogok untuk menyelamatkan sejatinya adalah bagian dari etika deontologis. Menyelamatkan berarti memberikan kebebasan yang bagi manusia untuk hidup dan memperlakukanya dengan setara.Â
Perbuatan Oskar ini juga menunjukkan adanya perbedaan antara kewajibannya sebagai seorang Nazi dan sebagai seorang manusia yang pada akhirnya ia memiliki memanusiakan manusia. Oskar sejatinya mengetahui setiap resiko dan hal yang akan menimpanya.Â
Resiko tersebut terjadi ketika Oskar mengalami kebangkrutan akibat kualitas dan kepercayaan penggunaan produknya. Â Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi bencana kesedihan bagi dirinya. Karena Oskar sudah mampu menunjukkan hati dan kewajibannya untuk menjadi manusia yang sesungguhnya.Â
Penjelasan dan jawaban atas pertanyaan diatas sejatinya sudah buat kita makin terbuka dan penuh dengan makna bahwa memanusiakan manusia diatas segala-galanya. Â Tidak peduli sehebat apapun dirimu kalau tidak bisa memanusiakan manusia, maka semua sia-sia dan tidak memiliki nilai yang baik untuk dirimu atau orang sekitarmu.Â
Oskar Schindler bukan hanya contoh nyata, melainkan ia adalah role model bagi kita semua untuk terus berbuat baik, positif, dan peduli dengan sesama. Lewat cerita dan dilema yang dialaminya kita bisa melihat bahwa hati manusia selalu menunjukkan kebenaran dan hal yang baik dan kita harus berani mengambil langkah atas hal itu.Â
Dengan demikian, kita bisa mulai untuk selalu melihat diri kita dan lingkungan sekitar kita, Apakah kita sudah cukup baik? Jika dirasa cukup, penting bagi kita untuk membagikan nilai dan menerapkan kemanusiaan kita kepada sesama. Karena setiap yang besar lahir dari langkah yang kecil dan niat yang kuat.Â
Mulai untuk terbiasa dengan menolak hal yang tidak baik dan berdiri kepada kebenaran. Jangan mudah untuk masuk apalagi bergabung dengan hal yang merusak kita dan penghidupan di sekitar kita. Makin kita menyadari betapa pentingnya kemanusiaan, makin kuat juga diri kita untuk bertahan dan terus berbagi.Â
"Tidak mudah untuk jadi seperti Oskar, yang bisa kita lakukan adalah terus berjuang agar kebenaran dan kemanusiaan tetap berkobar"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H