Ngoceh itu perlu etika, gak asal nyeblak dan nuduh sembarangan --anonime
Manusia makhluk Tuhan yang kompleks permasalahannya. Satu ngoceh pakai akal, satunya baper karena mikir pakai hati dan perasaan. Dengan datangnya sistem jaringan berupa internet, menambah beban dan dilematik baru.
Hidup di zaman industri 4.0 tidaklah mudah. Mesikpun kedepan menjanjikan sebuah harapan indah. Tapi, kalau manusia yang menghuni masih belum dewasa? Apa boleh buat! Kekacuan yang terjadi.
Fenomena akhir-akhir, bukan hanya menyoal politik saja. Tapi framing tentang pendidikan media yang kiranya perlu ditingkatkan. Tiada batasan untuk belajar, selagi sempat. Mari berproses bersama.
Buzzer bagi saya adalah sebuah pekerjaan, ya, profesi. Goalnya adalah uang, buat apa? Tentu kebutuhan hidup dan makan. Tidak munafiklah tentang itu. Semua pasti kalap kalau tau kerja duduk manis, difasilitasi komputer, merangkum kata-kata yang tak lebih dari 160 kata.
Tak ada yang salah dengan seseorang berprofesi buzzer. Sebab, mereka terbentuk untuk bermain dan berselancar di media sosial, yakni twitter. Menilai baik dan buruk, tentu tergatung pada tujuannya? Ya, bergantung bos "pemberi uang".
Mungkin baik, apabila seorang buzzer yang berpegang teguh pada nilai kebenaran dan nilai keadilan. Selama itu menjadi rujukan hidup, bagi saya tak ada masalah.
Namun, nampaknya kemelut yang terjadi akhir-akhir ini tidaklah semudah yang dibayangkan. Banyak manusia, banyak pemikiran, dan banyak pula perasaan. Macam-macam jenis perasaan dan pemikiran terobok-obok menjadi satu. Ya, bercampur di dalam ekosistem baru, bernama media sosial.
Bukan sekedar menyoal tentang kedewasaan sebagai sebuah solusi, lalu literasi media sebagai penawarnya. Tapi permintaan dari empunya, alias bos buzzer yang tak berpegang teguh pada nilai kebenaran dan nilai keadilan.
Ujungnya, niat untuk melempar kebaikan, malah kembali menyerang pada dirinya sendiri. Lagi-lagi, media itu tak ada perasaan. Soal yang dibawa adalah tentang presepsi. Dan ini yang sulit dibendung. Ketika bocor, susah untuk menambal arus yang kuat itu.