Mohon tunggu...
ILHAM SUMARGA
ILHAM SUMARGA Mohon Tunggu... Guru - Buruh Pendidik

Sebuah celotehan dalam tulisan~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenali Anak Anda

24 Desember 2018   19:55 Diperbarui: 24 Desember 2018   20:13 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Buatlah cara komunikasi yang membuat mereka merasa: bahwa kita adalah pribadi yang menyenangkan. Dan ketika anak didik itu melihat senyum kita saja, segala kepenatan hidupnya akan hilang. Jangan berpikir bahwa murid tidak punya masalah. Mereka juga punya masalah. Nah, jangan sampai hadirnya kita justru menambah masalahnya.

Kepribadian anak yang ceria dan menyenangkan juga akan termanifestasi dalam setiap tindakannya. Anak akan lebih memprioritaskan kegiatan atau aktifitas yang menyenangkan buat mereka. Terkadang mereka asal bertindak dan senang. Soal manfaat di pikir belakangan. Ini naluriah ya, sewajarnya begitu.

Jadi, kalau anak kita nampak menyebalkan dihadapan gurunya, bisa jadi gurunya yang memang tidak menyenangkan, dan tidak bisa membuat mereka ceria.

Kedua, ANAK ITU MUDAH PENASARAN. Anak: mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru di sekelilingnya. Pada saat guru mengajar di setiap kelas hanya dengan metode dan strategi yang begitu-begitu saja, diulang-ulang terus, tanpa pernah ada inovasi baru, tentu membuat anak menjadi bosan. Tapi jika guru kreatif, rajin berinovasi, tentunya akan membuat anak semakin tertarik dengan pembelajarannya.

Apalagi jika kita berinovasi dengan teknologi; sesuatu yang bagi anak adalah hal yang sangat menyenangkan dan tentu memancing rasa penasaran. Sudah pasti anak akan lebih mudah untuk diarahkan dan di bimbing.

Hanya saja bagi sebagian guru, sifat naluriah anak yang suka penasaran justru tidak dimanfaatkan dengan benar. Parahnya lagi justru dijadikan penghalang untuk kemajuan. Padahal rasa penasaran anak jika dimaksimalkan, dimotivasi, di dorong ke arah yang benar dengan metodologi yang benar, ia akan menjadi energi dahsyat bagi siswa untuk mengembangkan potensi dalam dirinya.

Banyak temuan hebat di era sekarang yang dilatarbelakangi oleh rasa ingin tahu penemunya; bukan sekedar ilham, buka juga pemikiran filsafat, apalagi wangsit, tapi temuan itu berawal dari rasa penasaran tinggi, dikelola dan dikembangkan sedemikian rupa, dicoba dan dicoba lagi, hingga akhirnya terciptalah karya yang hebat.

Nah, kalau guru bisa memanfaatkan rasa penasaran anak secara maksimal. Maka guru akan lebih mudah dalam bekerja sama dengan siswanya untuk mencapai keberhasilan pembelajaran.

Ketiga, ANAK ITU AKTIF. Aktif adalah salah satu ciri anak yang sangat penting untuk dipahami oleh seorang guru. Ketika seorang anak berhadapan dengan sesuatu yang menyenangkan buat dia, maka anak akan semakin penasaran untuk lebih memahaminya. Rasa penasaran inilah yang akan diwujudkan dengan sebuah keaktifan tindakan yang menyertainya. Contoh sederhana begini:
Ketika anak disodori gawai, anak sudah pasti akan tertarik. Kemudian pasti anak akan penasaran. Mulai dari ngotak-atik aplikasinya, main gim, nonton video dan sebagainya. Semakin suatu hal itu membuat anak senang, maka anak akan makin penasaran. Dan anak tentu akan semakin aktif menggunakannya.

Sifat aktif dari anak, jika tidak di kelola dengan tepat bisa jadi bumerang bagi guru. Artinya, siswa yang aktif --dengan berbagai tindakan baik positif maupun negatif-- kadang di lihat sebagai sesuatu yang mengancam. Membuat guru tidak nyaman, bahkan seolah dalam bahaya. Padahal itu memang sudah menjadi karakter anak yang harusnya dioptimalkan. Anak yang dalam suatu kegiatan belajar terlihat terlalu aktif, tentu saja anak sedang menemukan dan mengekspresikan dunianya.

Keempat, ANAK ITU KREATIF. Anak yang aktif biasanya akan berlanjut ke prilaku kreatif. Tindakan kreatif inilah yang akan membuat anak berbeda antara satu dengan yang lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun