Kebebasan yang berimbang satu-satunya syarat untuk terwujudnya keadilan yang stabil dan relevan. Seorang pria dengan kebebasannya ingin memiliki istri (wanita), sementara sang wanita pada saat yang sama secara mendasar juga memiliki kebebasan.Â
Bagaimana kebebasan diantaranya tidak berbenturan atau dapat mencapai keseimbangan, yaitu dengan posisi wanita memiliki sikap dengan kebebasannya ingin dimiliki oleh seorang suami (pria).Â
Jika pada yang demikian tidak ada tindakan diantara keduanya yang bertentangan. Kesamaan mencerminkan keseimbangan benar-benar tercapai dan berasal dari kebebasan dari semua pihak sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.Â
Memiliki dengan dimiliki hanya sebuah sekario yang makna sesunggunya tidak berbeda, dimiliki menunjukan cenderung memulai dan dimiliki cenderung menunggu. Kembali pada konsepsi bahwa kebebasan tidak bisa dibatasi dan dipertentangkan maka proses kepemilikan itu juga dapat dilakukan secara kebalikannya yaitu si wanita berkeinginan untuk memiliki seorang suami (pria) dan seterusnya.Â
Kepemilikan si pria tentu akan sama dengan kepemilikan si wanita karena didasari oleh konsep menggabungkan dua individu menjadi satu dengan konsekuensi termasuk menggabungkan kepemilikan diantara keduanya menjadi satu. Situasi dan kondisi yang demikian yang menjadi dasar keadilan.
Banyak realitas yang menunjukan keadilan kontradiksi dengan kebebasan. Ketika individu bebas maka akan memberikan batasan kepada yang lain untuk bebas. Pandangan ini tidak sepenuhnya salah mengenai gambaran yang terjadi dalam realitas, namun sangat disayangkan hal itu menjadi justifikasi bagi makna kebebasan dan keadilan.Â
Kebebasan yang membatasi seseorang lainnya sebenarnya tidak menyalahi kebebasan bagi pihak yang melakukannya, namun disisi lain pihak yang dibatasi tidak sedang menggunakan kebebasannya sehingga yang terjadi kebebasan dari seseorang itu menembus wilayah lain yang belum disepakai oleh pemiliknya untuk dimasuki.Â
Ketika seseorang yang dirugikan itu sadar atas wilayah kebebasannya dimasuki oleh orang lain, maka ia cenderung mempertanyakan tindakan itu dan bisa jadi jika kesepakatan diantaranya tidak tercapai maka akan memicu konflik. Hal itu yang biasa disebut kebebasan menghasilkan ketidakadilan.
Kebebasan tidak ada ada batasnya itulah sebenar--benarnya kebebasan, termasuk kebebasan untuk bersedia dimasuki wilayah kebebasannya oleh orang lain.Â
Manusia bebas melakukan apa saja. Hanya saja ada pertimbangan yang dihasilkan dari kebebasan bagi manusia untuk benar--benar dicermati. Konsekuensi dari tindakan bebas sangat serius dan tidak dapat ditawar-tawar. Untuk itu memikirkannya sebelum melakukannya adalah sikap yang bijak. Manusia bebas termasuk melakukan kesalahan dan bebas juga untuk melakukan perbaikan.Â
Yang menjadi konsekuensi dari manusia melakukan tindakan kebaikan dari kebebasannya adalah menghasilkan kebaikan pula. Sementaa konsekuensi dari manusia melakukan tindakan kesalahan dari kebebasannya adalah menghasilkan kesalahan. Kesalahan kontradiktif terhadap kebaikan.Â