Mohon tunggu...
Ilham Sanrego
Ilham Sanrego Mohon Tunggu... Guru - Guru Madrasah Aliyah PP Alahid Pape

sederhana, penuh mimpi

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

1 Januari

11 Mei 2024   12:52 Diperbarui: 11 Mei 2024   13:18 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Maafkanlah keadaan kita sejak kemarin dan kemarinnya lagi ini, Anakku. Tapi kita tidak punya kopi lagi. Kita tidak punya gula lagi. Beras tinggal sedikit."

"Kayu bakar pun kulihat sudah tidak ada, bahkan di sekeliling surga kita ini, Ayah."

"Kita harus segera pergi dengan kepala tertunduk. Meninggalkan semua ini. Kita telah kalah."

"kemanakah tujuan pelarian kita kalau bukan ke kota yang kau sebut bacin, buas itu?"

 "Ya. Makassar. Jakarta. Makassar. Jakarta. Atau mungkin kota lain. Langit masih akan setia memayungi kita, tanah masih akan setia mengalasi tidur kita."

"Tertunduk. Tunduk menanduk. Saya mendengar, saya taat."

"Berkemaslah."

-000-

Dingin masih tersisa ketika, dengan tidak sengaja seorang penduduk yang akan menuju sawahnya menyadari bahwa rumah itu telah ditinggalkan kedua penghuninya. Ia berlalu begitu saja setelah menoleh beberapa saat. Sama sekali tidak merasa perlu untuk mencari tahu lebih jauh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun