Mohon tunggu...
Ilham Sanrego
Ilham Sanrego Mohon Tunggu... Guru - Guru Madrasah Aliyah PP Alahid Pape

sederhana, penuh mimpi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Auditor Juga Manusia

4 Mei 2024   22:23 Diperbarui: 4 Mei 2024   22:37 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

                                                     Auditor Juga Manusia

-1-

Bukan karena ia selalu datang dengan pakaian perlente yang membuatku menyimpan begitu banyak kekaguman kepadanya. Bukan pula karena ia selalu berbicara dengan kalimat-kalimat teratur penuh intonasi. Aku kagum kepadanya karena, seingatku, ia tak pernah mengingkari janji. Jika ia menelepon dan memberitahuku bahwa ia akan datang pukul sepuluh pagi, lima belas menit sebelum waktu yang dibicarakannya itu ia sudah datang. Aku kenal betul suara mesin motornya. Ia akan berdiri di depan pintu masuk segera setelah suara mesin motornya tidak kedengaran lagi. Ia mengucapkan salam terlebih dahulu untuk kemudian segera menjabat erat tanganku. Basa-basinya standar, itu-itu saja. "Apa kabar? Bagaimana keluarga?" Jawabanku pun tidak pernah berubah : "Baik. Semua sehat."

Setelah kupersilakan duduk, ia akan menyampirkan tas besar yang tampaknya selalu dibawanya. Biasanya, ia akan menarik kursi ke dekatnya dan meletakkan tas hitam dengan banyak retsleting itu di atasnya. Berikutnya, kupikir memang prosedur standar. Ia akan menjelaskan maksud kedatangannya kali ini. Aku akan mengangguk beberapa kali untuk meyakinkannya bahwa aku memahami sepenuhnya apa yang ia katakan. Selebihnya adalah rutinitas. Beberapa dokumen yang dimintanya akan kuberikan. Ia akan memelototi satu per satu kertas-kertas itu. Jika ia memandang perlu, ia akan mengeluarkan laptop dari dalam tas besarnya. Sambil menekan beberapa tombol di situ, kuperhatikan sesekali ia menghela nafas lalu tersenyum ke arahku. Beberapa kali ia akan mem-foto dokumen di depannya. Senyumnya terus mengembang.  Aku sendiri merasakan ketulusan yang tak bisa kutawar-tawar di situ.

Setelah selesai, ia akan bangkit dari kursinya, segera menjangkau tanganku yang selalu kuposisikan terlipat di atas meja. "Terima kasih atas kerjasamanya." Kalimat pendek itu sudah kuhafal di luar kepala karena seringnya ia ucapkan kepadaku. Aku akan mengguncang tangannya dan menepuk bahunya dengan lembut. Biasanya ia membalas dengan mencengkram punggung tanganku Tangannya yang satu meraih bahuku. Kami berhadapan, bertatapan sejenak. Satu hal yang tidak pernah alpa menarik perhatianku sebelum ia melangkah keluar adalah name tag beserta foto yang selalu ia bawa. Bentuknya segi empat memanjang ke bawah. Name tag itu disangkutkan pada tali khusus berwarna oranye yang dikalungkan ke lehernya. Selalu saja, diam-diam aku berbisik : "Keren."

-2-

Tiga tahun belakangan ini, aku dipercaya sebagai kepala cabang di sini. Pada awalnya, aku merasa seperti orang yang disingkirkan. Kupikir-pikir, posisiku sebelumnya lebih menjanjikan. Tapi, setelah tiga tahun ini, aku berubah pikiran. Mungkin pundi-pundi tidak sebanyak dulu, tapi aku merasa menemukan hal lain. Hubunganku dengan banyak orang kuterima sebagai kelebihan yang lain. Salah satunya Pak Triman itu, auditor yang setiap waktu datang ke kantor ini. Nama lengkapnya, sebagaimana tertulis di name tag-nya adalah Sutriman Adi Perkasa, S.E., M. Ak. Sebagai auditor internal perusahaan, tugas beliau tidaklah mudah. Beliau membantu perusahaan mencapai objek tujuan dengan sistematis melalui pendekatan terperinci dalam menilai dan meningkatkan efektifitas dari risiko manajemen, kontrol dan proses. Peran penting yang beliau jalankan adalah sebagai perantara dalam meningkatkan efektifitas perusahaan. Caranya, dengan menyediakan wawasan dan rekomendasi berdasarkan analisis dan dugaan yang bersumber dari data dan proses usaha. Peran dan tanggungjawabnya sebagai auditor internal perusahaan di antaranya adalah mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan. Sedapat mungkin ia akan memperoleh bukti yang reliable untuk memberikan kesimpulan rasional. Dengan demikian kepercayaan pada pengendalian internal terus terjaga. Jika dibutuhkan, beliau sebagai auditor sewaktu-waktu melakukan tinjau ulang laporan keuangan yang relevan dalam hubungannya dengan kesimpulan yang akan diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat. Dengan itu, ia bisa memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.

Saya tahu Pak Triman sangat kompeten. Tanggungjawab yang besar dalam menilai dan menelaah perihal memadai tidaknya sistem pengendalian manajemen perusahaan, sejauh ini, dijalankannya dengan baik. Tolak ukur keberhasilannya bukan saja pada tercapainya tujuan melainkan pula pada aspek biaya yang tidak terlalu mahal. Beliau harus memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen. Selain itu, beliau harus pula memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan, dan penyalahgunaan, memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam perusahaan dapat dipercaya, menilai mutu pekerjaan setiap bagian yang diberikan oleh manajemen, dan menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas.

-3-

Pada kenyataannya, toh kita memang hanya manusia, manusia biasa. Pak Triman pun demikian. Pribadi yang nyaris sempurna untuk tugas dan tanggungjawabnya terhadap perusahaan itu, hari ini sungguh-sungguh berbeda. ia tidak menelepon sebelumnya, tiba-tiba saja sudah berdiri di depan pintu. Salam yang kudengar darinya kali ini nadanya sungguh tidak bersahabat. Ia langsung duduk di kursi sofa tanpa kupersilakan terlebih dahulu. Kuperhatikan gelagatnya dengan seksama : gelisah, sama sekali tidak tenang. Dengan kasar, ia menyampirkan tas besar ke kursi plastik di sampingnya. Sejurus kemudian, suara beratnya kudengar dengan bergidik.

"Maaf, Pak Bahar. Jujurlah kali ini!" Katanya dengan lemah.

"Saya yang harus mohon maaf, Pak. Tapi kalau boleh tahu, apa yang salah selama ini. Atau mungkin ada yang salah kali ini."

"Ya. Tapi, jujurlah kali ini, Pak!"

"Saya tidak mengerti, Pak. Selama ini saya merasa telah menempatkan kejujuran sebagaimana harusnya. Tapi, kalau memang ada sesuatu yang harus saya ketahui, mohonlah Bapak memberi tahu saya!"

"Baik. Perhatikan ini baik-baik!" Ia menyodorkan setumpuk kertas tepat di depan hidungku. "Jika bukan karena Bapak yang menyetujui, apa mungkin kebocoran-kebocoran ini bisa terjadi?"

"Kebocoran?" Bulu kudukku merinding. "Tidak ada dokumen seperti ini, Pak. Saya tidak perlu memberi penjelasan. Ini abal-abal."

Aku mengerti betul bahwa anggaran, sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan harus disusun dengan baik dan menerapkan standar yang relevan. Hal ini akan memberikan pedoman bagi perbaikan operasi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan hasil yang baik. Dengan demikian, perusahaan menggunakan sumber daya yang dianggap paling menguntungkan. Terhadap kemungkinan penyimpangan yang terjadi dalam operasionalnya, memang perlu dilakukan evaluasi. Ya, evaluasi dapat menjadi masukan berharga bagi penyusunan anggaran selanjutnya.

Tapi, audit berkala secara internal telah dilakukan dan semuanya baik-baik saja. Apa mungkin ada yang mestinya kuketahui dan disembunyikan Pak Triman selama ini?

-4-

"Jadi begini, Pak. Selember dokumen ini akan menentukan nasib kita. Saya sebagai auditor dan Bapak sebagai pucuk pimpinan di sini."

"Baik, Pak. Kalau begitu, mari kita telusuri dengan sistematis. Pertama-tama, keasliannya. Berikutnya kontennya. Pada akhirnya kita akan bertemu dengan apa yang memang semestinya dilakukan. Untuk itu, saya sportif. "

"Ya. Bisakah saya dapatkan dokumen pembanding?"

"Tentu saja, Pak. Tentu saja."

Aku segera membelakanginya.

Kupencet beberapa tombol di bagian bawah lemari. Empat orang yang kupanggil menghadap segera datang dengan takzim. Kusuruh mereka duduk di samping Pak Triman. Setelah hening sejenak, aku memulai : "Pak Tubagus, Bu Erna, Pak Khairil dan Pak Mujiono. Silakan paparkan kronologi pencatatan keuangan kita terhitung 1 Januari tahun ini. Dimulai dengan Bu Erna, Bagian Pemasaran!"

Perempuan berok pendek dengan blouse berwarna krem itu segera berdiri. Ia berbicara dengan kalimat-kalimat pendek terlebih dahulu. Selanjutnya, data-data disampaikannya dengan runtut. Aku melirik Pak Triman beberapa kali. Laki-laki yang benar-benar berubah itu tidak menyungging senyum sekali pun. Ia tampak sangat serius menyimak. Beberapa kali ia membolak-balik dokumen lain yang ia keluarkan dari dalam tas besarnya. Mungkin ia sedang mencocokkan.

Berikutnya kupersilakan Pak Tubagus. Laki-laki jangkung dengan rambut yang mulai menipis di kepalanya itu berdiri. Tidak banyak yang disampaikannya kecuali bahwa kajian dan survey yang dilakukannya sejak enam bulan ini menunjukkan bahwa pesaing mulai muncul dengan program-program baru. Untuk itu ia telah menjalankan strategi baru yang terukur untuk mengimbanginya. Pak Khairil dan Pak Mujiono menunjukkan beberapa lembar kertas yang tampaknya memang telah mereka siapkan. Setelah semuanya selesai, aku menatap Pak Triman dalam-dalam. Ada semacam balas dendam yang telah kutunaikan dengan sempurna.

"Jika ada kebocoran, sehalus apa pun, silakan ditunjukkan, Pak. Saya mengira apa yang telah kita lakukan ini sesuai persis dengan prosedur standar yang ditetapkan perusahaan. "

-5-

"Sesungguhnya, saya datang hari ini untuk menunjukkan satu hal. Namun, sebelumnya saya perlu memastikan bahwa apa yang kita jalani ini prosedural. Oleh karena itu, saya membutuhkan kita berenam di ruangan ini."

"Ya.Ya." Aku menanggapi sekenanya.

"Jadi, begini Bapak dan Ibu. Pusat telah melakukan penilaian berkala dan berkesinambungan terhadap sejumlah cabang. Menariknya, sistem yang digunakan adalah reward and punishment. Cabang-cabang yang bermasalah dilakukan evaluasi sementara cabang-cabang yang berprestasi diberikan reward. Berita gembiranya adalah bahwa cabang ini, di bawah pimpinan Bapak Bahar Syafrullah menduduki peringkat pertama prestasi itu. Untuk itu, pusat telah menyetujui beberapa hal sebagai reward."

"Ah, saya sudah menduga. Skenario ini tentu membutuhkan waktu lama untuk menyusunnya. "

"Tidak lama, Pak. Semalam saya memikirkan kejutan yang memadai seperti ini. Semoga saja Bapak berkenan."

"Tentu saja. Tentu saja. Meskipun saya sudah sempat bergidik."

"Sekali waktu, kita membutuhkan refreshing, Pak. Jangan serius terus, nanti cepat tua."

"Dewasa dalam wawasan dan profesionalitas, tepatnya."

"Saya setuju. Saya setuju, Pak."

"Terima kasih. Terima kasih banyak."

Ia berdiri. Satu per satu kami disalaminya. Setelah itu ia segera permisi.

"Segeralah berkemas, Bapak dan ibu. Liburan ini cukup lama."

-000-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun