Saya berani mengatakan, bahwa dengan ini, perdebatan perihal syair tersebut telah berakhir. Bahwa syair indah itu adalah milik Sapardi Djoko Damono dengan judul asli Aku Ingin, dan bukan syair milik Gibran yang diberi judul Lafaz Cinta. Saya merekomendasikan agar para pemilik blog segera mencabut syair jiplakan berjudul Lafaz Cinta yang didaulatkan atas nama Gibran, dan memasang nama Sapardi Djoko Damono, sebagai pemilik asli syair itu.
Kesimpulan ini dapat saya buktikan secara empiris. Perhatikan penggunaan kata kunci (fire, wood, ashes, cues, rain, dan clouds) pada beberapa karya utama Gibran dari enam sample buku yang digunakan, dan lima e-book, serta beberapa literasi Gibran berformat *.pdf.
Dari enam kata kunci utama pembentuk syair, hanya dua kata yang sering muncul dalam karya-karya Gibran, yakni Ashes (abu) dan Fire (api). Dan, tidak ada karya Gibran yang mempertemukan enam kata di atas dalam larik-larik pada dua bait pendek, atau pada sebuah puisi utuh.
Karya-karya Gibran yang mengandung kata Ashes :
"life is as cold as ice and as grey as ashes."
[ Kahlil Gibran to Yusuf Huwayik, in A Self-Portrait (1972), 26. ]
"like ashes which hide the embers but do not extinguish them."
[ Jessie Fremont Beale to Fred Holland Day, Nov. 25, 1896. Quoted in J. and K. Gibran, Life and World, 37-38. ]
"Night is over, and we children of night must die when dawn comes leaping upon the hills; and out of our ashes a mightier love shall rise. And it shall laugh in the sun and it shall be deathless."
[Beloved Prophet, 323]
Sedangkan, dalam karya Gibran (dan yang merujuk Gibran dan karyanya) yang mengandung kata Fire :
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!