Aku pun bangkit, mengekor pada temanku yang sudah jalan lebih dulu.
Baru saja mulai melangkah. Ponselku berdering. Kulihat sebuah nama, tertera Najwa dengan simbol love di sebelah kanannya. Ada apa gerangan istriku memanggil di waktu kerja seperti ini? Tentu ini bukan hal yang biasa.
Kuangkat segera, di ujung sana istriku terdengar sengguknya.
"Ada apa?"
Istriku hanya terus menangis, dan terdengar samar-samar riuh orang menenangkan. Pikiranku seketika membuyar. Ada apa gerangan hingga istriku nangis sesenggukan. Juga kenapa seperti riuh orang yang menenangkan.
Tak lama, seseorang merebut ponsel milik istriku. Tanpa basa basi ia menyuruhku untuk bersabar. Dari suaranya, aku menebak jika orang di ujung sana adalah Abang iparku.
"Kenapa, bang?" Tanyaku, sambil berharap cemas.
"Sabar, Tuhan lebih sayang anakmu." Ujarnya singkat.
Seketika air mata jatuh bertubi-tubi. Daksaku seketika lemas tak berdaya. Benarkah kabar ini? Atau ini hanya mimpi belaka.
Di ujung sana, Abang iparku masih terus memanggil-manggil namaku.
"Iya bang, aku segera pulang." Jawabku singkat. Memutuskan panggilan.
Aku pun melesat menuju ruang kerjaku, merapihkan barang-barang. Di waktu bersamaan atasan mengumumkan jika hari ini seluruh karyawan diwajibkan untuk kerja lembur untuk mengejar target.
Melihat aku yang sedang merapihkan berkas ia bertanya.
"Joni, mau kemana kamu? Waktu pulang masih lama."
"Aku harus pulang segera, pak. Anakku meninggal." Jawabku.