Setiap hak manusia adalah tanggungjawab bersama. Tanggungjawab kita juga untuk membangun negeri tanah air tercinta. Besar atau pun kecil usaha kita membangun negara, itu belum seberapa tanpa kita berhasil memupuk kepedulian dan keadilan bagi sesama.
Negeri ini perlu regenerasi.Regenerasi hebat dari Sang Pemuda Desa kalangan Anak Tani. Siapa yang bisa menyangka nasib pertanian ke depan akan selalu baik-baik saja ? kalau saja hari ini kita masih mengabaikan hak dan kewajiban kita untuk membantu mereka.
Mereka yang sedari lahir begitu hangat dan kental hidup dengan dunia pertanian, mereka yang memiliki semangat untuk sekolah namun penuh dengan keterbatasan. Adalah hal tabu selalu menuntut untuk kemajuan di bidang pertanian, ketika regenerasi Anak Tani untuk memiliki mimpi meneruskan sekolah terus kita campakkan.
Ketika kita melihat begitu besar pembangunan pertanian di berbagai belahan nusantara, sejatinya itu bukanlah hasil jerit payah penjajah-penjajah di luar sana. Kita seringkali melihat keberhasilan dan kemajuan pertanian selalu diagung-agungkan kepada pejabat-pejabat negara, tetapi tatkala kelangkaan bahan pertanian mencekik kita, petani selalu menjadi sasaran utama yang menanggung nestapa dan derita.
Bagaimana ke depan pertanian bisa maju? Ketika egoisme masih merajalela dimana-mana. Berhentilah mengatakan ya mendukung keberlanjutan pertanian tetapi hanya dengan omongan di sosial media demi sebuah citra baik negara.
Bagaimana ke depan pertanian bisa maju? Ketika hak regenerasi petani masih belum sepenuhnya dimiliki. Berhentilah mengatakan Maju Pertanian Indonesia kalau hari ini kita masih tidak bertindak apa-apa untuk hak sekolah mereka.
Bagaimana ke depan pertanian bisa maju? Ketika kita belum mampu mawas diri sudah sejauh mana kita peduli ?.. Berhentilah untuk mengatakan Ini adalah salah petani kalau hari ini kita masih memikirkan ingin makan dengan sesuap nasi.
Beruntunglah negeri ini memiliki banyak kalangan mahasiswa, yang sangat peduli akan nasib dan hak hidup sesama manusia terlebih untuk petani di seluruh Indonesia yang selalu menjadi penolong kita semua.
Sudahkan hari ini kita membantu mereka?
Pada kesempatan kali ini, mari kita simak ulasan kisah menarik yang hadir dari sebuah perjuangan mahasiswa yang menginspirasi bagi para petani. Suatu langkah sederhana namun sangat berarti luar biasa.
Sebuah kisah perjalanan menarik nan inspiratif hari ini, yakni suatu gebrakan mahasiswa dalam membantu memberikan hak sekolah bagi Anak Tani kini datang dari kalangan Mahasiswa Penerima Manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara Bogor Dompet Dhuafa Pendidikan yang bekerjasama dengan beberapa volunteer kalangan Mahasiswa IPB juga didukung oleh para donatur yang berasal dari berbagai kalangan yaitu alumni BAKTI NUSA IPB, alumni IPB, pemilik usaha, dan masyarakat umum pun tidak tanggung-tanggung untuk turut berbagi keceriaan dan kebahagian kepada adik-adik penerima manfaat GCAT ini.
Gebrakan tersebut bernama GCAT (Gerakan Cinta Anak Tani) yang memiliki visi sebagai suatu wujud kasih peduli dan kontribusi bersama untuk membangun Asa Anak Tani dalam menggapai mimpinya meneruskan sekolah ke perguruan tinggi.
Bakti Nusa Bogor menginisiasi suatu program menarik bernama Gerakan Cinta Anak Tani yang berupaya untuk memutus rantai kemiskinan pada kalangan petani melalui pemberian hak sekolah bagi anak Tani seperti melalui penyaluran beasiswa yang berusaha memberikan dukungan finansial, dukungan moral.
Tentunya pendampingan yang intensif melalui program BOOTHCAMP, program field trip, program edukasi seperti kegiatan belajar bersama, pelatihan seperti persiapan SBMPTN dan advokasi untuk membantu Anak Tani bisa mempersiapkan diri memasuki jenjang perkuliahan hingga bisa meneruskan sekolah ke perguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia melalui beasiswa.
GCAT atau Gerakan Cinta Anak Tani ini menariknya telah diinisasi oleh Bakti Nusa Bogor dan tim sejak tahun 2011 silam dan memiliki keberlanjutan luar biasa hingga saat ini masih dirasakan manfaatnya oleh kalangan anak tani yang sudah berhasil menggapai mimpinya masuk ke perguruan tinggi dan berhasil meniti karirnya di berbagai bidang yang sesuai dengan passionnya masing-masing.
Sudah ada lebih dari 110 siswa/i penerima manfaat beasiswa GCAT ini yang tersebar di berbagai lokasi sekolah yang memiliki demografi berbeda seperti SMAN 1 Tenjolaya, SMAN 1 Pamijahan, SMAN 1 Leuwiliang, SMAN 1 Dramaga, SMAN 1 Ciampea, dan SMAN 1 Cibungbulang dan telah ada sekitar 42 penerima manfaat GCAT hingga saat ini yang berhasil lolos masuk ke Perguruan Tinggi seperti UM, UNTIRTA, UNSIKA, dan Perguruan tinggi lainnya melalui jalur tes tulis SBMPTN dan ada juga yang berhasil lolos melalui jalur undangan.
Selain itu, sebagian penerima manfaat GCAT yang lain saat ini telah berhasil sukses dalam meniti karirnya masing-masing baik dengan bekerja, membuat usaha, meneruskan untuk daftar di TNI, mempelajari bahasa asing, dan berbagai kegiatan dan profesi menarik lainnya.
Hal menarik lainnya, bahwa program GCAT ini juga telah menjadi inspirasi bagi pelaksanaan program sejenis di berbagai wilayah lain seperti di Lombok, dan Provinsi Sumatera Barat.
Perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh Bakti Nusa Bogor dan Tim dalam mengawal generasi-genarasi muda saat ini yang siap membangun masa depan pertanian bangsa memang patut untuk menjadi inspirasi bagi kita semua.
Tentu tidak berhenti sampai disitu saja, saat ini program GCAT telah memasuki pelaksanaan yang ke-7 kalinya dan tengah bersiap untuk meraih target program yang lebih besar yakni membentang kebermanfaatan bagi semua penerima manfaat GCAT tahun ini untuk bisa meraih mimpinya meneruskan ke perguruan tinggi.
GERAKAN CINTA ANAK TANI
MAJUKAN PERTANIAN, BANGUN PERADABAN, BERSAMA MERAWAT INDONESIA
Ditulis oleh: Ilham Maulidin
Tokyo, 11 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H