Mohon tunggu...
Ilham Kurniawan
Ilham Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - ilham kurniawan, S.IP

Pemerhati sosial dan politik, Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta " Orang biasa yang senantiasa menulis Dan belajar ilmu "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kunun Tiga Beradik (Cerita Rakyat)

16 November 2024   09:45 Diperbarui: 16 November 2024   10:00 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan terakhir di tempuh oleh si bungsu dengan memilih jalan “ ANTAH BERANTAH “, ia pun memulai petualangannya dengan berjalan hari demi hari menempuh jalan tersebut, tibalah ia disebuah perkampungan dan bertemu dengan tukang tambal, tukang tambal tersebut melayani tambal sepatu, dandang, periuk, kuali dll. Jadi dia berhenti di sebuah toko tua milik tukang tambal dipinggir kampung, “ Wahai anak muda kenapa kamu berhenti disini “ ujar pemilik tambal. “ aku memperhatikan engkau menambal, aku sangat suka dengan pekerjaan engkau ini “ ujarnya. Lalu orang tua itu berkata “ Betul anak muda aku juga hobi menambal ini karena kebaikan untuk masyarakat biasa yang tidak punya uang untuk membeli baru, sedangkan penghasilanku tidak seberapa “ keluh si tukang tambal. “ Kamu mau kemana wahai anak muda “ ia pun menyampaikan bahwa ia sedang mencari pekerjaan apa saja asalkan bisa makan, ia sangat miskin dari kampung yang sangat jauh. Lalu ia pun diterima oleh tukang tambal untuk pekerja di toko miliknya.

PUNCAK KESUKSESAN 

Hari demi hari, tahunpun berganti kehidupan mereka telah berubah drastis, Kakak pertama yang menjadi pengembala kuda tersebut telah memiliki dua kali lipat dari jumah kuda orang tua tersebut akibat keuletan dan kerja kerasnya selama ini, pemilik kuda sangat percaya kepadanya dan ia sangat senang dengan anak yang rajin bersih dan ulet. Begitu pula dengan kehidupan kakak nomor dua dengan kerja kerasnya ia mampu menarik pelanggan untuk membeli pakaian dan menjahit ke toko tersebut, jahitannya sangat rapi dan bagus orang-orang sangat senang dengan kualitas toko tersebut.

Kehidupan Adik bungsu yang menempuh jalan antah berantah ini tidak lah mulus memiliki tantangan pahit kehidupan suka dan duka, kadang menangis di tengah malam sunyi. Perjalanannya dimulai dengan mengajak kakek tua pemilik toko tambal tersebut keliling kampung menawarkan jasa tambal dari rumah kerumah, kampung ke kampung akhirnya mereka berhasil dalam mencari pelanggan yang akan menambal peralatan rumah tangga, ia terus bekerja keras, akhirnya semua orang telah kenal dengan mereka dan merasakan kualitas tambal yang sangat baik sehingga sekarang mereka tidak perlu lagi keliling kampung hanya menunggu di toko mereka selalu penuh desakan masyarakat mengantarkan barang-barang untuk ditambal, atas keuletan dirinya merekapun terbilang sukses memiliki anak buah yang bekerja kepada mereka.

PERJALANAN PULANG KE KAMPUNG HALAMAN 

Tahun demi tahunpun berlalu Sepucuk Surat dari Kampung datang untuk mereka bertiga bahwa nenek mereka sedang sakit-sakitan dikampung dan tidak bisa bekerja mencari kayu bakar, nenek mereka berpesan kepada tetangga bahwa minta tolong dipanggilkan ketiga cucunya untuk pulang menjenguk beliau di rumah, Akhirnya surat yang dinanti itu datang kepada mereka, surat pertama datang kepada kakak tertua ia pun membaca surat dan memutuskan untuk pulang, ia lalu berkata kepada pemilik kuda “ Wahai orang tua izinkan aku pulang untuk beberapa minggu ini menjenguk nenek ku yang sudah sakit sakitan dikampung, ini aku titipkan kuda kepada bapak “ akhirnya pemilik kuda itu mengizinkan “ Silahkan nak jenguk nenekmu, ini kamu ambil uang atas jerih payahmu selama ini dan bawa kuda satu ini pulang dan nanti kembalilah saya sangat butuh orang rajin sepertimu” ujarnya. Akhirnya ia mengenderai kuda ketempat yang mereka janjikan.

Sepucuk Surat juga datang pada Kakak nomor dua dan juga memutuskan untuk pulang, ia pun membawa uang dan pakaian yang bagus setelah itu datang pula sepucuk surat kepada si bungsu, “ Wahai orang tua aku menerima surat dari kampung bahwa nenek saya sedang sakit, izinkan saya untuk pulang “ ujarnya. “ Silahkan nak temui nenekmu dan nanti kembalilah bawa uang yang banyak hasil jerih payahmu selama ini supaya menunjukkan engkau telah sukses “ujarnya. “ baiklah orang tua tapi aku akan memakai baju yang compang camping baju perjuangan kita dulu “ ia lalu memakai baju lusuh itu dan memasukkan uang emas dan permata kedalam sebuah kaleng supaya kakaknya mengira bahwa ia paling miskin. Akhirnya ia berjalan kaki ketempat simpang pertemuan tersebut.

Akhirnya mereka sampai pada tiga persimpang tersebut kakak pertama telah menunggu disimpang selamat pergi selamat balik dengan mengenderai kuda kaca mata hitam dan topi koboy dengan uang sekarung penuh, setelah itu menyusul kakak nomor dua berbaju bagus dengan uang juga sekarung, ia pun berkata kepada kakak pertama, “ Wahai kakak kemana adik bungsu kita kenapa ia belum keluar-keluar dari jalan “ ANTAH BERANTAH” ini bukankah ia juga sudah menerima sepucuk surat “ gumamnya. Kakak pertama menjawab “ Kita tunggu saja tapi aku punya firasat buruk bahwa jalan itu ia akan tetap seperti semula ia datang “ mereka pun menunggu adik bungsu.

Dari kejauhan datanglah adik bungsu dengan baju compang camping dengan membawa kaleng bekas lusuh itu. Mereka pun berkata “ nah kan seperti yang aku duga, dan sudah aku ingatkan dari awal “ ujar kakak nomor dua. Sibungsu itupun menyapa kedua kakaknya “ Wah kakak berdua sudah hebat dan sukses sekarang “ ujarnya. “ coba lihat kakak tertua mu ini hasil kerja keras saya mempunyai kuda, uang dan emas “ dan kakak yang nomor dua pun ikut memamerkan pencapaiannya dengan memakai baju bagus dan kacamata hitam. “ Apa yang terjadi pada mu wahai sibungsu “ ujar kakak nomor 2, “ Aku hidup serba kekurangan untuk bertahan aku menjadi penambal barang-barang antik dan bekas “ ujarnya. Kakaknya bertanya lagi “ nah kaleng lusuh ini kenapa engkau bawa lebih baik dibuang, aku punya banyak uang dan nanti kami bantu engkau dan membelikan pakaian baru untukmu “. Si adik pun menjawab “ Jangan dibuang kaleng bekas ini hartaku hanya pengunting bekas seng yang saya masukkan kedalamnya” ujarnya. Akhirnya adik yang sibungsu manja ini minta di gendong kakak nomor dua dan kaleng bekas dibawa naik kuda menuju kampung halaman.

KAMPUNG HALAMAN 

Tidak terasa hari demi hari merekapun sudah sampai di kampung halaman merekapun bergegas menemui nenek mereka dirumah, merekapun segera merawat sinenek, dan neneknya bahagia atas kepulangan ketiga cucunya. Merekapun memperlihatkan hasil pencapaian nya ke si nenek. Kakak tertua itupun masih bingung melihat sibungsu ada apa dengan kaleng bekas ini, beratnya sungguh luar biasa apakah isinya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun