Mohon tunggu...
ilhamismunandar Rizky
ilhamismunandar Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang yang bercita-cita menjadi penulis di bidang olahraga

menyukai semua olahan telur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Basuki Abdullah: Bukan Maestro biasa

17 Juni 2022   00:39 Diperbarui: 17 Juni 2022   01:26 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejarah dunia senirupa Indonesia pernah melahirkan sejumlah pelukis besar yang kecemerlangan karya-karyanya tidak hanya dikagumi di negeri sendiri, namun juga di banyak negara lain. Salah satu pelukis besar yang lewat sejumlah karya monumentalnya menjejakkan berbagai tapak penting dalam dunia senirupa modern indonesia adalah Basuki Abdullah.

Maestro pengusung gaya naturalis yang  dikenal luas publik indonesia lewat sejumlah lukisan potretnya yang ikonik, seperti lukisan Nyai Roro Kidul, Pangeran Diponegoro, dan sejumlah lukisan wajah pahlawan nasional dan tokoh-tokoh terkemuka dalam perjalanan sejarah dan politik nasional.

Basuki Abdullah merupakan sedikit dari pelukis besar yang karya-karyanya mendapatkan apresiasi dari dalam maupun luar negri, selain itu karyanya tidak hanya jadi karya Istana Negara. Karya nya juga menjadi barang koleksi hamper di seluruh penjuru dunia.

Basuki Abdullah mulanya dikenal dekat dengan presiden pertama RI, mereka sering berdiskusi mengenai kesesuaian lukisan yang di minta oleh Soekarno. Karena karya yang dimiliki Basuki Abdullah biasa di pajang di istana, hal itu yang membuat  lukisannya bisa ke mancanegara

Raden Basuki Abdullah lahir 27 Januari 1915 di Surakarta, Hindia Belanda pada saat itu, saat belia ia sudah menunjukan bakat dan kegemarannya dalam hal melukis. Sejak umur 10 tahun Basuki Abdullah sudah gemar melukis tokoh-tokoh terkenal dari Mahatma Gandhi hingga Yesus Kristus dan Bunda Maria.

Seperti buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya, bakat Basuki Abdullah di warisi langsung oleh ayahnya yang merupakan pelukis ternama pada zamannya. Basuki Abdullah juga merupakan cucu dari Dr. Wahidin Sudirohusodo seorang tokoh pergerakan kebangkitan nasional pada awal tahun 1900-an. Maka dari itu Basuki Abdullah tidak hanya berkembang pada bidang melukis saja, tapi seorang yang paham betul dengan bidang politik dan sosial.

Pendidikan formal yang di jalani Basuki Abdullah berada di HIS (Holland Indische School) dan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwicjs) di Solo, pada tahun 1933 Basuki mendapat beasiswa untuk mengikut kelas seni rupa di Den Haag, Belanda. Basuki menyelesaikan studinya selama tiga tahun.

Pada masa penjajahan Jepang, Basuki bergabung dengan Putera ( Pusat Tenaga Rakyat). Di dalam Gerakan tersebut Basuki mendapat tugas untuk mengajar seni Lukis, Basuki juga aktif dalam pusat kebudayaan pada masa itu Bersama Afandi, sudjojono dan Otto Djaya.

Berlanjut pada masa Revolusi Kemerdekaan, Basuki Abdullah yang menikah dengan Maria Michel seorang seniman asal belanda memilih untuk tinggal di negara Kincir Angin. Meski tidak berada di Indonesia Basuki Abdullah mengejutkan publik seni Indonesia, sebab pada 6 September 1948 Basuki Abdullah menjadi pemenang pada sayembara melukis yang di adakan pada penobatan Ratu Juliana.

Basuki selain dikenal sebagai pelukis portrait yang handal, Basuki Abdullah juga sering kerap melukis pemandangan, flora, fauna dan tema-tema perjuangan. Selain itu pesanan lukisan sering kali datang dari istana untuk melukis Tokoh-tokoh Pahlawan Nasional mulai dari Pangeran Diponegoro, Cut Meutia, Teungku Cik Ditiro, Sisingamangaraja Dan lain-lain.

Salah satu karya Basuki Abdullah yang paling banyak diminati dan membuat orang penasaran adalah Lukisan Nyai Roro Kidul, lukisan aslinya tersimpan di Gedung agung Yogyakarta dan tidak banyak orang yang bisa melihatnya secara langsung.

Reputasi Basuki Abdullah sebagai pelukis ternama memberinya kesempatan untuk membuat pameran tunggal baik di dalam maupun luar negri. Sejak tahun 1940-an karya-karya Basuki Abdullah telah di pamerkan secara tunggal di Belanda, Thailand, Malaysia, Jepang, Inggris, Portugal dan Lain-lain. Selain itu, karya-karya Basuki Abdullah tersebar di 22 Negara. Basuki Abdullah juga pernah menetap di Thailand dan menjadi pelukis kerajaan Thailand pada akhir tahun 1960-an.

Selain pujian, Basuki Abdullah juga tidak luput dari kritikan. Kritik datang dari Persaki (Persatuan ahli gambar Indonesia) yang menilai bahwa lukisan Basuki Abdullah hanya unggul dalam Teknik tapi minim dalam segi konteks zaman maupun situasi sosial pada lukisan yang ia buat.

Basuki Abdullah meninggal pada 5 November 1993, Ia ditemukan tewas dirumahnya di Pondok Labu, Jakarta Selatan. Akibat dari pukulan senapan angin di kepala yang di lakukan seorang perampok saat menyatroni rumahnya.

Sebagian dari karya-karya Basuki Abdullah saat ini bisa kita lihat di Museum Basuki Abdullah yang menempati bekas rumahnya di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan. Ide pembangunan Museum berasal dari surat wasiat beliau melalui Notarisnya.

Hingga puluhan tahun telah berlalu, setelah kepergian seorang maestro sosoknya belum bisa tergantikan hingga saat ini. Karya-karyanya masih menyentuh dan membawa kesan megah bagi siapa-siapa yang melihat karya Basuki Abdullah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun