Sebuah klub sepakbola di Eropa memang sudah sangat wajar menganut sebuah ideologi, hal seperti ini sudah terbawa dari masa-masa sebelumnya. Mulai dari komunisme sampai fasisme, namun tak ada yang lebih unik dari St Pauli.
St Paul, tim yang berdiri pada 15 Mei 1910. Tim yang musim lalu hampir saja promosi ke bundesliga itu dikenal sebagai "Klub Punk". St pauli merupakan sebuah daerah yang menjadi bagian kota Hamburg. di St Pauli sendiri kebanyakan dihuni oleh kaum proletar, mulai dari buruh, Nelayan kecil, pekerja seks komersil dan banyak lagi komposisi masyarakat kelas bawah di St Pauli.
Berbeda dengan kebanyakan supporter klub jerman yang ber ideologi sayap kanan, Supporter St pauli sendiri berkembang dengan ideologi Punk yang berslogan anti kemapanan, selain itu St pauli juga merepresentasikan perkembangan nilai progresif, anarkisme, libertarianisme dan sosialisme untuk seluruh kalangan kelas bawah baik di Hamburg, maupun seluruh dunia.
Sebagai klub dan Komunitas, St Pauli adalah gerakan anti-fasis. Dibuktikan  dengan kampanye antifasis yang di ikuti oleh supporter St Pauli di laga kandang maupun tandang.Â
Secara Khusus , St Pauli Mengambil langkah dengan melarang berbagai atribut ideologi sayap kanan dari tribun.
St. Pauli mengintegrasikan seperangkat prinsip fundamental (Leitlinien) untuk mendikte bagaimana klub dijalankan. Manifestasi klub disahkan dalam Kongres St. Pauli pada 2009. Bagi mereka, klub bukan hanya tentang permainan, melainkan juga kemanusiaan.Â
Ultras St Pauli
Suporter St. Pauli dikenal ramah dan setia kawan, mereka memiliki kolektivitas yang tinggi, dan bahkan mungkin yang tertinggi jika dibandingkan dengan suporter klub sepak bola Jerman yang lain. Itulah kenapa lambang "tengkorak dan tulang bersilang" dipilih oleh suporter St.Pauli.
Karena lambang mereka adalah masyarakat kelas bawah, yang hidup dekat laut, ibarat kelompok bajak laut yang siap memburu kapal-kapal orang kaya, dalam hal ini kapal kaya itu adalah klub borjuis, seperti Bayern Munchen ataupun klub se kota mereka, Hamburg SV.
Suporter St. Pauli juga memiliki fanatisme ideologis yang sangat kuat, mereka memilih mengutamakan kemandirian ekonomi dan membiarkan klubnya berjuang dari bawah, ketimbang royal dalam membelanjakan pemain demi mendulang prestasi.
Suporter St. Pauli tidak mempermasalahkan prestasi klub mereka, meskipun St. Pauli terdegradasi dan terperosok pada peringkat terakhir dari divisi terendah Bundesliga sekalipun, suporter St. Pauli merasa lebih terhormat bila klubnya minim prestasi, daripada mereka harus menerima suntikan dana dari kapitalis demi prestasi instan. Â
Rival Sekota St Pauli
Rivalitas keduanya berawal pada era 1980-an. Kerusuhan politik dan ketidakstabilan ekonomi mulai mencengkram Jerman. Kelompok politik sayap kanan atau fasisme menggunakan sepak bola sebagai platform untuk menyuarakan ide-ide mereka.
Distrik St. Pauli dikenal sangat picik bagi ideologi politik sayap kanan, karena populasinya yang kecil dan jaraknya jauh dari kota Hamburg.Pada Desember 1984, simpatisan Nazi dari Hamburg SV dan Borussia Dortmund menyerang rumah-rumah di sekitar jalan yang menuju ke Stadion Millerntor St. Pauli dengan bom molotov.
Simpatisan Nazi ketika itu mulai membanjiri teras, beberapa stadion sepak bola di Jerman, termasuk kandang Hamburg SV, Volksparkstadion, dalam upaya menyebarkan propaganda mereka.
Derby Hamburg adalah bentrokan yang saling bertentangan. Di satu sisi, Hamburger SV dengan latar belakang warna birunya, moncer secara prestasi dan menganggap diri mereka sebagai jawaban dari wakil Jerman Utara bagi penguasa Liga Bayern Munich.
Di sisi lain, St. Pauli adalah klub alternatif yang mendapatkan ketenaran di antara para pendatang di sepanjang pelabuhan Hamburg dengan prinsip kuat ideologinya, meski secara prestasi tidak semoncer Hamburg.
Derby yang mempertarungkan ideologi politik, sekaligus pertarungan visi tentang bagaimana seharusnya sepakbola dikelola.