"...dan jangan pernah ubah itu."
Saat itulah aku hanya akan menghabiskan sisa umurku untuk menemukannya, Darjo Punarwan.
***
Setelah malam itu.
Aku terbangun kaget ketika segerombolan warga mendatangiku. Polisi mengamankanku dan tidak ada sedikit pun perlawanan yang kulakukan. Lagipula setelah malam itu, setelah tiga tahun penantianku, tidak ada lagi penjajahan atas hidupku.
Polisi menarik kedua tanganku ke balik punggunggku. Memborgolku dan membawaku ke tempat di mana aku akan menghabiskan sisa hidupku. Masih terngiang jelas teriakannya yang menyumpahiku sebagai Anak Laknat! dan bagaimana setelah itu darah mengucur deras dari urat lehernya. Tidak ada lagi yang layak kuingat setelah itu. Tidak perlu ada ucapan selamat tinggal untuknya.
Darjo Punarwan, gambar diriku mungkin tidak akan pernah terpajang--jika tidak dikatakan mustahil; di selembar uang kertas. Namun pada akhirnya, bagiku, aku adalah pahlawan meski pun banyak manusia-manusia yang tidak akan menerima dan bahkan mengutuk semua yang pernah aku lakukan.
Manusia "Sia-sia berusaha memisahkan kebajikan dari kejahatan dalam samudera kehidupan yang tak henti-hentinya berubah dan mencampur-adukkan yang baik dan yang buruk" sehingga tak mampu menangkap dan memahami semua hakikat tingkah laku orang lain.[2]
[1]Siwar Panjang adalah sebuah pedang lurus, rata, pipih dan ringan yang 2 matanya tajam seperti silet.
[2]Catatan Pangeran Nekhlyudov (1857) oleh Leo Tolstoi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI