Setelah aku persilakan duduk, aku pergi ke dapur dan membuatkan kopi untuknya. Di teras depan rumah ia membicarakan sesuatu yang kurang kupahami maksudnya tetapi menyadari satu hal.
Ibu tidak pernah semurung itu!
***
Enam tahun yang lalu.
Aku memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahku. Sudah tidak ingin merepotkan keluargaku. Aku ingin ikut bersama pamanku saja. Mengantar barang dagangannya ke pasar. Menghabiskan siangku di sana. Mengangkut dan menurunkan barang dagangan di sana dan apa saja yang bisa kulakukan.
Mula-mula pamanku tidak setuju. Ia berujar bahwa lebih baik untukku menyelesaikan saja sekolahku. Tetapi sadar juga bahwa hidup dengan tiga putranya dan ditambah aku, tidak cukup juga penghasilannya dan membiarkan aku menemaninya.
Awalnya aku hanya diberikan tugas untuk mengangkut dan menurunkan barang dagangannya saja, tetapi melihat tenagaku yang besar ia juga memintaku untuk membantu warung sebelahnya, sebelah warungnya dan sebelahnya lagi dan akhirnya aku adalah kuli pasar itu. Anak remaja tanggung yang mehabiskan hari-harinya dengan karung beras dan bersak-sak barang dagangan pasar.
Remaja lain mengenal buku, aku mengubur masa lalu.
***
Lima tahun yang lalu.
Mbah Darjo sudah tidak lagi menjaga warung dagangannya. Tidak pula berada di desa kami. Rumahnya juga sudah tidak ditempatinya. Tetangganya menceritakan bahwa mbah Darjo telah memiliki rumah baru di Kampung Utara.