Mohon tunggu...
Ilham Hadinugraha
Ilham Hadinugraha Mohon Tunggu... Freelancer - Pemula

Writter, Reader and More.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pahlawan di Selembar Kertas

5 Januari 2020   05:57 Diperbarui: 5 Januari 2020   05:51 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sembilan tahun yang lalu.

Ibu mengatakan padaku, "Aku tidak akan mencintai siapa pun selain kamu nak," Seraya mencium keningku, "dan almarhum bapakmu."  

***

Delapan tahun yang lalu.

Seraya merapikan kamar aku memperhatikan foto kusam yang terpajang di tembok kamar. Mengkhayalkan bahwa aku pernah bertemu dengannya. Tidak, sepertinya aku lupa pernah hidup bersamanya.

Perhatianku teralihkan. Aku menemukan sesuatu yang menakjubkan pagi itu. Kursi masih tidak menjangkauku untuk melihat apa yang kuraih, tetapi aku tau. Pusaka itu akan tetap disitu.

"Naaaaaaak, cepat antarkan kerupuk ituuuuu!"

Aku melompat dari kursi dan berlari menghampiri ibu. Mencium tangannya dan bergegas pergi ke warung. Sesampainya, aku menyapa sejenak mbah Darjo tanpa menyadari bahwa pusaka itu telah ditakdirkan untuk malam itu.

***

Tujuh tahun yang lalu.

Mbah Darjo, biasa orang memanggilnya. Pemilik warung di ujung kampung kami. Laki-laki enam puluh tahunan tempat biasa aku menitipkan keranjang kerupukku. Sore selepas bermain bola ia menghampiriku dan bertanya apakah aku bisa dimintakan bantuan, aku mengiyakan dan di sinilah aku kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun