Mohon tunggu...
ilham gunawan
ilham gunawan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ini dan Itu

10 Desember 2017   01:40 Diperbarui: 11 Desember 2017   23:11 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

         "Iya. Terus?"

         "Kamu punya apa?"

         "Punya kamu"

         "Ha ha ha".

         Tidak butuh waktu lama, dua gelas kopi mereka menjadi tidak berasap lagi. Dijamah dinginnya kota Bandung malam itu. Untungnya Bandung sudah menjadi kota yang padat kendaraan sekarang. Sehingga, asap knalpot kendaraan yang lalu-lalang ikut berhasil membantu menghangatkan kembali kopi mereka yang hampir membeku.

         "Kalau mau dapat hasil yang besar, otomatis umpannya juga harus besar. Segalanya serba transaksional. Itu sudah seperti jadi rahasia umum. Sementara kita tahu, pemilih di Indonesia didominasi oleh jenis yang demikian. Ini celah yang dimanfaatkan oleh para pelaku. Ditambah lagi, para pemilih intelektual, ideologis atau yang lainnya seperti malah memalingkan wajahnya. Itu juga sebabnya politik uang tetap jadi peluru andalan pada setiap momentum pesta demokrasi" sambung gadis itu,

         "Predator. He he he"

         "Maksudnya?"

         "Para pelaku politik yang harusnya mengedepankan pendidikan politik berdasar humanitas politik, justru malah menjadikan animalitas politik sebagai prinsip dasar. Insting kebinatangan dalam rangka merayakan napsu. Etika politik sudah tidak lagi dipakai. Hak politik para pemilih, lebih banyak didapat dari hasil dagang rupiah. Modal politiknya bukan lagi lewat menanam sebanyak-banyaknya investasi sosial, melainkan, sebesar-besarnya money politik yang dibagikan.

Degradasi kultural politik, jelas-jelas dikembangbiakkan oleh tingkah-tingkah seperti ini. Mental para pemangsa. Siapa sasaran mangsanya? Jelas para pemilih. Akibatnya, para pemilih kecanduan menjadi para peminta-minta karena terus diajarkan suap sebagai hal yang lumrah. Sisanya, meroketnya jumlah angka golput yang diproduksi sebab dari hilangnya rasa kepercayaan"

         "Pasti ada pemicunya kan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun