Aman. Mungkin usianya kisaran 35 tahun.
Di kampungku ada seorang muda yang sering menjadi donatur. NamanyaAman bukan orang kampung kami. Dia pendatang. Datang kisaran lima tahun lalu setelah menikah. Datang dan menjadi salah satu warga kampung kami.
Dia datang dan membangun rumah mewah di tengah desa kami. Semua orang senang dengan Aman. Sekalipun nyaris tak pernah di rumah.
Sepekan sekali atau malah dua pekan sekali dia ada di rumah. Dia sibuk dengan bisnisnya. Kata orang-orang, dia bisnis ekspor impor.
Tapi, sekalipun jarang di rumah, Aman sangat ramah. Keluar rumah dengan mobilnya dia menyapa warga. Kalau ada kesempatan di rumah dan ada kerja bakti, dia juga ikut. Tentu saja dengan memberikan makanan super enak.
Kalau pas rutinan RT dan Aman ada di rumah, Aman akan mempersilakan acara rutinan di rumahnya. Tepatnya di depan rumahnya yang ada aula yang cukup representatif.
Kalau ada acara di kampungku, Aman adalah donatur tetap. Lebih sering 90 persen pendanaan dari Aman. Kadang malah 100 persen pendanaan dari Aman. Acara seni, keagamaan, sampai acara Agustusan, Aman yang menopang pendanaan.
Walaupun sekali lagi, pas acara dia sering tidak datang. Sebab dia sibuk di luar kota. Paling hanya istri dan satu anaknya yang masih kecil yang ikut acara. Itu pun ikut dengan status kadang-kadang.
Tapi orang kampung kami tak pernah mempermasalahkan keabsenan Aman dan keluarga. Toh Aman adalah donatur. Aman adalah sosok yang ramah dan hangat.
Di sisi lain, desas-desus tentang penggunaan dana donatur ditengarai disalahgunakan. Mereka yang menyalahgunakan adalah oknum pemuda, oknum pengurus lingkungan, bahkan oknum pengurus keagamaan. Mereka yang menyelewengkan dana dari donatur adalah penerima pertama dari donatur.
Sebagian orang sudah pernah meminta pada Aman agar meminta pertanggungjawaban atas setiap acara. Tapi Aman tak mau ambil pusing.