Karena sudah tidak terlihat si penjual getuk lindri itu, tak ada lagi momen dangdutan, mematikan dangdutan ketika melintas di depan surau. Kearifan dari penjual getuk lindri sudah lenyap. Kemudian, beberapa tahun lalu, aku dapat kabar bahwa sang kiai sudah wafat dan sepertinya tak ada yang melanjutkan pengajian itu.
Momen orang mengaji di pagi hari dan relasi dengan kearifan penjual getuk lindri sudah tidak ada lagi, sudah lenyap. Belum lagi zaman yang sudah berubah. Makin sedikit yang mengaji dan makin sedikit yang makan getuk lindri. Begitulah...
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!