Mimin memutuskan untuk membawa Tono ke panti atau apalah namanya. Karena mereka sudah tak suami istri, Mimin merasa tak memiliki tanggung jawab pada Tono.
Tapi semua tempat menolak Tono dengan banyak dalih. Akhirnya Mimin pun tetap mengurusi Tono. Kini bukan karena rasa cinta, tapi karena dia tak tega lelaki itu tak diurusi.
Sampai kemudian Tuhan sepertinya mendengar jeritan Mimin. Dia bertemu dengan Sugeng. Lelaki sangat baik yang bukan hanya mau menerima Mimin, tapi juga menerima Tono.
Sugeng tak masalah jika Tono terus dirawat di rumah Mimin. Sugeng dan Mimin pun menikah tanpa pesta. Menikah sederhana.
Tono tetap ada di rumah itu tergeletak lumpuh. Setiap hari, Sugeng dan Mimin bergantian merawat Tono.
Entah Sugeng malaikat dari mana hingga bisa menerima Tono sebegitu rupa. Tapi entah apa rasa hati Tono menyadari dia jadi orang asing yang mengonggok. Mendengar suara manja mantan istrinya pada lelaki lain.
Apalagi, di pagi hari, Mimin masih juga mendengarnya instrumental love story itu. Mimin lebih senang merawat Tono karena Sugeng yang sangat baik itu.
Kadang jika ada acara di luar, Sugeng membawa Tono dengan kursi roda. Melihat dunia luar. Mimin menangis melihat lelaki seperti itu.
Tapi kau tahu? Setelah dua bulan pernikahan, Sugeng kecelakaan dan meninggal dunia. Hati Mimin remuk tak terkira dan dia tetap dengan lelaki lumpuh bernama Tono.
Sejak saat itu, semua hasrat Mimin remuk, hancur. Setelah masa jeda selesai, Mimin memutuskan menikah lagi dengan Tono. Sejak saat itu, di tengah hasrat yang menghilang, tiap pagi lagu instrumental love story itu masih terus didengar.
Mimin menjadi wanita dengan suara yang lembut. Dia menjadi pelayan suaminya. Setelah bertahun-tahun, pasangan itu hilang entah ke mana. Kata orang, mereka meninggal diambil malaikat bersama dengan jasadnya. Entahlah.