Kita tengok saja tim hebat yang pernah ada. Masih ingat Barcelona di masa Pep Guardiola? Ketika Pep pergi, siapa yang menjadi pelatih Barcelona? Yup benar, Tito Villanova. Tito adalah asisten Guardiola. Tapi usia Tito tak panjang karena dia wafat. Penggantinya adalah orang yang tak tahu Barcelona sama sekali yakni Tata Martino. Hancur sudah Barcelona. Bukan berarti Tata buruk sebagai pelatih, tapi dia tak tahu bagaimana Barcelona dibangun.
Transisi dari keburukan menjadi kehebatan juga masih perlu orang lama. Tengok saja Prancis ketika gagal ke Piala Dunia 1994. Saat itu pelatih Prancis adalah Gerard Houllier. Prancis gagal ke Piala Dunia 1994. Lalu siapa pengganti Houllier? Dia adalah Aime Jacquet. Jacquet adalah asisten Houllier saat Prancis gagal lolos ke Piala Dunia 1994. Di tangan Jacquet, Prancis mampu juara Piala Dunia 1998.
Ingat Argentina gagal di Piala Dunia 2018 bersama Jorge Sampaoli? Ya seteleh  Argentina gagal, federasi memilih Lionel Scaloni sebagai pelatih. Scaloni adalah salah satu asisten Sampaoli ketika di Piala Dunia 2018. Scaloni akhirnya membawa Argentina juara Piala Dunia 2022.
Jadi transisi dalam dunia kepelatihan itu penting. Transisi dari baik menjadi lebih baik atau dari buruk menjadi lebih baik. Kalau diubah secara drastis, maka hasilnya juga bakal babak belur dan memulai dari nol.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H