Santo dan Nono adalah musuh bebuyutan yang tak berkelahi. Mereka hanya saling menyerang kata-kata. Mereka saling panas, tapi tak pernah saling memukul. Walaupun perang kata-kata itu tak imbang karena Nono yang lebih menyerang. Santo lebih sering bertahan.
Di masa mudanya, Santo adalah tipikal pekerja keras bagi keluarga. Hidupnya hanya kantor dan rumah. Hanya sesekali saja bersosialisasi dengan tetangga. Dia memang cenderung pendiam.
Fokus hidupnya adalah bekerja untuk anak-anaknya. Â Santo bersama Marni membangun rumah tangga dan bekerja keras bersama.
Sementara, Nono adalah tipikal orang yang santai dan ingin agar dirinya selalu bisa menikmati hidup. Maka tak heran dia hobi bepergian ke luar kota, ke tempat indah, dan lainnya.
 Anak tak terlalu dia pikir. Dia hanya memberi uang dan kemudian terus menyegarkan pikiran. Ya, kadang anak dan istri, dia ajak juga bepergian, tapi lebih sering dia refreshing sendiri atau bersama kawan-kawannya.
Sebenarnya memang tak ada masalah yang menyilangkan antara Santo dan Nono. Tapi mulanya adalah Marni. Santo dan Nono membuncah memiliki rasa cinta yanh besar pada Marni.
Nono yang merasa di atas angin, memang sangat pede bisa merengkuh hati Marni. Tapi, hidup memang tak bisa dipastikan. Marni malah memilih Santo yang cenderung pendiam itu.
Repotnya lagi, ketika Santo dan Nono berumah tangga dengan istri masing-masing, rumah keduanya di satu RT. Maka, tak heran perang kata-kata sering keluar.
Tentu saja Nono yang lebih aktif terus mendominasi peperangan kata-kata. Terus bisa memberi wacana pada orang-orang bahwa Santo tak berkualitas.
Serangan-serangan verbal secara tak langsung pada Santo, sering Nono lontarkan. Dilontarkan di forum RT, di teras musala, di gardu poskamling.
Santo pun lebih sering di rumah dan kantor. Dia menjadi jarang sosialisasi. Ya karena selalu disindir oleh Nono.
***
Mungkin terlalu berat beban yang Santo pikul. Khususnya setelah Marni meninggal dunia di usia 50 tahun. Santo merasa selalu kesepian, sekalipun tiga anaknya terus memberi kasih sayang.
Sementara serangan Nono tak kunjung berhenti. "Sabar pak, dikuatkan," kata Anto, anak bungsu Santo. Anto yang selama ini terus menemani Santo.
Sementara Budi dan Ari, dua anak lain dari Santo sudah berkeluarga. Sehingga tak selalu bersama Santo. Sepekan sekali dua anak itu pasti mendatangi Santo. Budi dan Ari datang memberi kebahagiaan pada Santo. Budi dan Ari datang bersama istri dan anak masing-masing. Anak yang masih kecil.
Pada akhirnya, kesepian memang tak bisa hilang dari Santo. Kehilangan sang istri, telah memberi pukulan telak.
Santo pun jatuh sakit. Badannya makin ringkih dan tak bisa berfungsi maksimal. Dia kini hidup dengan kursi roda. Dia hidup dengan bantuan Anto.
"Bapak tak usah khawatir. Anto selalu ada di rumah. Semua kerjaan Anto bisa diselesaikan di rumah. Bapak jangan mikir yang aneh-aneh, slow saja," kata Anto.
Kondisi Santo yang makin terpuruk makin jadi makanan empuk untuk Nono. Ketika Santo berjemur di pagi hari, Nono sering nyamper, hanya untuk memberi ceramah.
"Sehat To. Makanya hidup dinikmati. Pergi-pergi, jangan kerja terus seperti kuda. Sering-sering bersosialisasi. Bisa berekspresi agar hidup fresh. Sehat-sehat ya To. Hehe aku mau ke kota dulu, refreshing," ujar Nono.
Nono sering seperti itu. Terkesan menyalahkan Santo terus menerus. Setiap pagi saat Santo berjemur, setiap itulah Nono melakukan serangan verbal. Sementara Santo hanya diam saja.
"Udah sabar pak, ngga usah didengerin," kata Anto, anak Santo.
Serangan terus menerus dilakukan Nono. Sampai satu pagi, Nono kembali menyambangi hanya untuk mengulangi serangannya. Santo pada akhirnya bicara.
"Tuhan Maha Adil, No. Aku diberi sakit seperti ini ya karena ada anak baik yang merawatku. Kamu diberi sehat tentunya. Kalau kamu sakit siapa yang akan merawatmu? Anakmu? Mana mereka? Toni anakmu itu buron setelah maling duit dana desa. Tino anakmu sudah dipenjara. Tono, anakmu yang ketiga, nggak pernah pulang dan menelantarkan istri dan anaknya. Itulah hasil dari refreshingmu bertahun-tahun? Makanya Tuhan memberimu kesehatan karena jika kamu sakit, tak akan ada yang mengurusmu," kata Santo.
Wajah Nono memerah. Dia balik badan dan muntah tak berkesudahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H