Aku menceritakan padamu, seorang anak bernama Budi. Dia anak baik pada umumnya. Mulanya juga ceria. Semua berjalan biasa saja sampai dia lulus SD.
Di SMP, semua akhirnya bermula. Budi selalu jadi bahan bully bagi teman-temannya. Budi yang baik itu, tak pernah bisa melawan. Sebab, dia tidak pernah mendapatkan rumus melawan.
Bully itu terus terjadi berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Sebagian gurunya menilai bully itu biasa. Sebagian yang lain melerai. Tapi gelombang bully itu tak pernah padam.
Budi merasa bahwa dirinya sudah lemah, sudah ringkih, tak ada kelebihan. Dia tak bisa cerita pada bapak ibunya. Sebab bapak ibunya sibuk jadi buruh di pabrik.
Budi menjadi pemurung dan dia lebih sering menghabiskan waktu di kamar. "Bud, mainlah keluar," kata ibunya.
"Keluar ke mana, aku tak ada teman. Semua teman memojokkanku," batin Budi.
Permintaan ibu dan bapaknya beberapa kali terjadi. "Bud keluar, mainlah," kata ibunya di lain waktu.
"Main ke mana?" Tanya Budi meninggi.
So ibu kaget anaknya begitu. Tapi jam buruh pabrik sudah menunggu.
Cerita Budi pun berubah menjadi anak yang sering di kamar. Main HP dan kadang bicara sendiri.