Jadi, mendengar komentar memang kadang lebih menarik daripada melihat objek yang dikomentari.
Setelah aku pulang dari melihat pohon yang kembali berdiri, aku bercerita pada bapakku. Bapakku bilang, bahwa itu terjadi karena akar yang berada di seberangnya sangat kuat. Sehingga, bisa membuat pohon yang roboh bisa berdiri lagi.
Jadi dalam beberapa momen, hidup itu seperti menunggu komentar. Kini pun kebiasaan menunggu komentar kadang terlintas. Kalau ada sesuatu yang sedang jadi pembicaraan dan diberitakan di media massa online, aku lebih sering membaca komentarnya daripada beritanya.
Sama halnya ketika melihat yang lagi on di media sosial. Yang sering aku lihat adalah komentarnya. Apalagi kalau berebut bertanya, "mana link-nya". Aku ngakak sendiri.
Uniknya juga ketika ada orang live mengomentari sepak bola, ternyata banyak juga yang mendengarkannya. Jadi, mungkin tak konsen lihat sepak bolanya, tapi lihat dan dengar komentar live.
Aneh? Ya tidak. Karena memang sudah sejak lama komentar itu kadang lebih ditunggu daripada kejadiannya. Bumbu dari komentar itu lebih dahsyat. Ya, komentar yang muncul dari goyangan lidah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H