Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki yang Menangis Tiap Petang (2)

8 Juni 2023   14:25 Diperbarui: 8 Juni 2023   14:31 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Gambar oleh Leandro De Carvalho dari Pixabay)

Jika berkenan membaca tulisan ini, maka saranku, bacalah tulisan sebelumnya. Bisa baca di sini. Aku ingin melanjutkan ceritaku tentang lelaki yang menangis tiap petang itu. Yang ternyata berkolaborasi melakukan pembunuhan berencana.

Begini ceritanya...

Aku sudah cerita bahwa pada lima tahun setelah insiden, aku tak lagi di Desa Mbiru. Aku sudah di kota. Lalu aku mengetahui melalui TV dan surat kabar bahwa Bandi dan Kang Sarjan telah ditangkap polisi atas dugaan pembunuhan berencana.

Dari yang aku baca dan lihat di media massa, yang dibunuh dua orang itu cukup banyak. Ada 15 orang yang mereka bunuh. Mereka membunuh empat orang di Desa Mbiru dan korban lainnya mereka bunuh di desa tetangga.

Mereka membunuh orang-orang tertentu saja. Orang yang diduga memiliki banyak uang. Mereka berkolaborasi dan pura-pura menjadi orang yang tak normal. Bandi adalah orang yang selalu bergerilya mencari tahu siapa saja yang berduit. Lalu Kang Sarjan adalah yang mengeksekusi pembunuhan. Bandi adalah orang yang tahu di mana harta pada korbannya berada. Karena kepura-puraan menjadi orang aneh, tak ada yang curiga dengan duo lajang itu.

*

Aku memutuskan ke Mbiru pada akhir pekan. Aku bertemu Kang Sodik, berbicara ke mana-mana, melepas kangen. Sampai pada akhirnya dia bicara soal duo pembunuh itu. "Mereka hanya membunuh orang-orang yang berpunya," kata Kang Sodik.

"Lalu mengapa Kang Sarjan ingin membunuhku waktu itu?" tanyaku.

"Ya karena Bu Yuni. Sarjan menyukai Bu Yuni," kata Kang Sodik.

Aku langsung teringat Bu Yuni yang anggun itu. "Ke mana sekarang Bu Yuni?" tanyaku ke Kang Sodik.

"Sudah meninggal. Setelah pengungkapan pembunuhan oleh Sarjan dan Bandi. Banyak yang menduga Bu Yuni dibunuh karena kolaborasi Sarjan dan Bandi. Apalagi Bu Yuni meninggal dengan kondisi keracunan," kata Kang Sodik.

Selintas aku mengenang Bu Yuni. Sebab bagaimanapun dia pernah masuk ke hatiku. Senyumnya manis tidak dibuat-buat, tidak memakai pemanis gula. Jalannya pelan dan suaranya meneduhkan. Aku mengingat Bu Yuni, dan membuatku lupa sejenak bahwa sedang bersama Kang Sodik.

Aku kemudian mengedipkan mata sebentar untuk kembali ke alam nyata.

"Ikut kami ke kantor polisi," kata salah satu dari dua polisi yang tiba-tiba ada di sampingku.

"Ada apa?" tanyaku

"Nanti kami jelaskan di kantor," kata salah satu polisi.

*

"Semua bukti mengarah ke Anda sebagai dalang dari pembunuhan berencana ini," kata seorang penyidik.

Aku diperlihatkan kausku, segala macam tetek bengekku yang bersimbah darah. "Kok bisa?" tanyaku lirih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun