Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Malaysia Beringas dan Mematikan, Beda dengan Indonesia

4 Januari 2023   09:20 Diperbarui: 4 Januari 2023   11:10 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas bukan berarti saya mendukung Malaysia di AFF 2022. Ini adalah tulisan yang saya klaim objektif sesuai dengan fakta. Jika soal dukungan, maka Indonesia tetap bisa juara AFF 2022, sekalipun mainnya tak istimewa.

Saya terkesan dengan performa Malaysia saat mereka kalah 0-3 dari Vietnam. Rasa terkesan itu makin muncul ketika Malaysia membabat Singapura 4-1 dan memastikan lolos ke semifinal AFF 2022.

Apa yang membuat saya terkesan? Saya bahas yang lawan Singapura saja.

Pertama, Malaysia memainkan pressing lumayan bagus. Mereka bisa mempressing Singapura  sejak dari area tengah lapangan. Imbasnya, Singapura tidak memiliki satu pun peluang mencetak gol di babak pertama. Singapura baru bisa memiliki peluang mencetak gol di pertengahan babak kedua.

Kedua, Malaysia bukan hanya mempressing, tapi juga beringas. Mereka memiliki niat untuk terus menggempur Singapura. Khususnya di awal babak kedua. Permainan Malaysia mengerikan. Singapura dibuat kocar-kacir.

Ketiga, Malaysia bukan hanya menggempur, tapi juga mematikan. Mereka bisa membunuh lawan dengan cara yang berbeda. Gol pertama ke gawang Singapura melalui Darren Lok adalah bukti bahwa Malaysia bisa membuat gol di area kotak penalti lawan. Lok juga pandai mencari posisi.

Gol kedua Malaysia melalui Stuart Wilkin membuktikan bahwa Malaysia bisa membuat gol melalui tendangan dari luar kotak penalti. Wilkin bisa membuat efek kejut pada kiper Singapura karena dia langsung menghajar bola ketika ada peluang membuat gol.

Efek Pelatih dan Ekosistem

Saya melihat Malaysia jauh berubah setelah dilatih Kim Pan Gon. Perubahan pertama terlihat saat mereka mampu lolos ke Piala Asia 2023. Permainan Malaysia jauh lebih bagus di kualifikasi Piala Asia 2023 daripada di AFF 2020. Bahkan, saat melawan Bahrain kala itu, Malaysia bisa mengimbangi. Hanya saja memang kesalahan kiper kala itu membuat Malaysia kalah dari Bahrain.

Kini, Malaysia bermain beringas dan mematikan. Padahal, di skuad Malaysia kali ini banyak anak baru. Sebab, beberapa pemain penting Malaysia tidak dilepas Johor Darul Takzim.

Kim Pan Gon dengan pemain baru bisa membuat skema permainan yang mengerikan dan mematikan. Artinya apa? Sekalipun Kim belum sampai setahun membesut Malaysia, dia sudah bisa memberikan efek positif secara konstan.

Saya pikir mungkin ekosistem di Malaysia memungkinkan Kim bisa membesut anak asuhnya dengan baik. Sama kasusnya dengan Park Hang-seo yang melatih Vietnam. Park mampu mengubah Vietnam menjadi sangat hebat. Hal itu karena mungkin ekosistem di Vietnam memadai untuk ikut maju.

Indonesia?

Di tangan Shin Tae-yong, Indonesia tentu berkembang. Maaf, saya hanya membahas timnas senior ya bukan kelompok umur.

Saya menjadi orang yang tak tahu adat jika mengatakan Shin Tae-yong tak berkualitas. Karena faktanya dia memang berkualitas.

Sekalipun Indonesia berkembang, namun tidak konsisten. Indonesia bermain fluktuatif. Saya masih ingat bagaimana di AFF 2020 kita mendapatkan harapan. Namun, saat laga uji coba Januari, kita disuguhkan sepak bola tak menjanjikan.

Kala laga melawan Bangladesh, kita dihadapkan dengan permainan amburadul dari timnas Indonesia. Saat itu, Indonesia akan main di kualifikasi Piala Asia 2023. Namun, saat kualifikasi Piala Asia 2023, kita disuguhkan performa menawan dari skuad Shin Tae-yong sehingga lolos ke Piala Asia 2023.

Ketika uji coba melawan Curacao, kita juga disuguhkan performa Indonesia yang memikat. Mampu menggebuk tim dengan kualitas yang lebih baik dua kali!

Nah, kini di AFF 2022, kita disuguhkan dengan performa amburadul. Mengecewakan. Tak memberikan harapan yang bagus.

Jika Kim dan Park sudah melaju dengan timnya, Shin Tae-yong berhadapan dengan ekosistem yang tak memadai. Kita tak hanya dihadapkan pada liga yang selalu mendapatkan kritik, salah satunya performa wasit. Kita dihadapkan dengan situasi PSSI yang kesannya bermain kekuasaan daripada memikirkan sepak bola. Kita dihadapkan dengan pemain yang kadang menjengkelkan jika sudah berbaju timnas.

Shin Tae-yong dihadapkan dengan ekosistem yang mengerikan. Jika dia masih mau bertahan dan Indonesia berprestasi, maka dia harus mendapatkan apresiasi lebih dari Vietnam memberi apresiasi pada Park Hang-seo.

Juara

Okelah Indonesia tak main bagus dalam empat laga. Jika performa seperti itu, juara AFF 2022 saya pikir juga berlebihan. Tapi bukan tidak mungkin bahwa keberuntungan akan menaungi Indonesia. Hehehe. Main tak bagus tak masalah, yang penting juara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun