Warga memasang ornamen kaligrafi huruf arab bertuliskan Muhammad di kampung nelayan Nambangan Baru, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (24/10/2020). (ANTARA FOTO/MOCH ASIM dipublikasikan kompas.com)
Bulan Robiul Awal, adalah bulan di nama Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Nabi Muhammad SAW lahir 12 Robiul Awal kisaran tahun 571 masehi. Sekadar diketahui, Robiul Awal adalah salah satu bulan dalam hijriah. Sementara selain bulan dalam hijriah, ada juga bulan dalam masehi. Bulan masehi adalah Januari sampai Desember.
Di bulan Robiul Awal sebagian umat Islam membuat perayaan sebagai wujud syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nah, berdasarkan pengalamanku, wujud syukur atau perayaan dalam maulid nabi selalu erat kaitannya dengan berbagi.
Aku pernah hidup di Kendal, Jawa Tengah lebih dari 20 tahun lalu. Sebagian masyarakat Kendal akan merayakan bulan Robiul Awal/bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan membaca berzanji. Aktivitas ber-berzanji ini lekat dengan kalangan warga nahdliyin atau warga Nahdlatul Ulama (NU).
Aku kutip dari tebuireng online, berzanji adalah kitab yang berisikan tentang kisah perjalanan Rasulullah, pujian-pujian kepadanya, serta doa-doa.
Jadi, sejak tanggal 1 sampai puncaknya tanggal 12 Robiul Awal, sebagian masyarakat Kendal membaca berzanji di surau. Ada sebagian surau melakukan aktivitas berzanji setelah Maghrib, sebagian lain setelah Isya.
Di masa tiap ber-berzanji tanggal 1 sampai 12 Robiul Awal, selalu ada makanan. Warga sukarela berbagi makanan. Warga membawa makanan, ditaruh di surau. Lalu setelah berzanji-an selesai, makanan dibagi untuk para peserta berzanji.
Maka, selebrasi dengan berzanji dan berbagi dengan makanan. Sebagian masyarakat Jawa masa lalu (yang aku ketahui), memang lebih kental dengan berbagi makanan, bukan berbagi uang.
Selebrasi lainnya adalah di Kecamatan Kaliwungu, Kendal. Ada selebrasi bernama weh wehan. Tiap warga berbagi makanan di tanggal 11 jelang 12 Robiul Awal.
Tiap warga membuat makanan, lalu anak-anak membawanya untuk berbagi ke warga lain. Si anak pun akan mendapatkan makanan dari warga lain. Istilahnya saling memberi dan saling menerima. Itu yang saya ketahui.
Jadi, merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan berbagi makanan dalam acara weh wehan. Wujud syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan bentuk berbagi.
Selain momen Maulid Nabi, pengalamanku pada sebagian daerah di Jawa memang kental dengan selebrasi dan berbagi. Misal saja, pernah ada tetangga yang membeli mobil baru, lalu dirayakan dengan acara selamatan mengumpulkan tetangga dan berbagi makanan.
Dulu kalau ada orang sakit lama, kemudian sembuh, langsung selamatan. Mengumpulkan tetangga, berdoa, dan membagi makanan.
Jadi, sebagian orang Indonesia memang hobi selebrasi dengan berbagi. Menurutku pun tak masalah dan tak perlu dipersalahkan. Kecuali jika hobinya pelit dan suka mencuri, tak baik itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H