Aku enteng saja menjawab, "sudah aku habiskan," kataku sembari ngeloyor. Itu bentuk protesku atas tindakannya yang seperti menjadikanku sebagai pesuruh alias tindakan penjajahan.
Tapi, tentu tidak semua temanku jahat atau bermasalah. Lebih banyak yang baik, yang bisa diajak bercanda dan bermain bola.
Mentalitas Penjajah
Aku tentu tak bisa berbicara tentang sekolah asrama. Tapi, bagiku jika sekolah memunculkan kekerasan, salah satunya karena mentalitas penjajah. Mentalitas untuk menjadikan orang lain terjajah.
Biasanya, orang lain tersebut adalah yang junior. Contoh nyata mentalitas penjajah adalah meminta si junior untuk memijat si senior. Bagiku, itu penjajahan luar biasa. Silakan jika tak sepakat.
Mentalitas menjajah juga bisa dilihat dari mentalitas memalak. Mentalitas penjajah juga bisa dilihat dari ingin menguasai yang lebih lemah. Menyuruh-nyuruh yang lebih lemah.
Uniknya, sebagian oknum bermental penjajah itu adalah yang sering bicara kesetaraan. Mereka berbicara kesetaraan, demokrasi, dan tetek bengek lainnya. Tapi, mentalitas mereka adalah mentalitas penjajah.
Tentu saja tidak semua siswa memiliki mentalitas penjajah. Dari pengalamanku, hanya segelintir yang memiliki mentalitas penjajah.
Mentalitas penjajah tak hanya di siswa, tapi juga di guru. Dulu, ada seorang guruku yang ketika si murid tak membuat tugas, tetap bisa mendapatkan nilai lumayan. Caranya adalah bermain playstation di rumah guru itu. Jadi guru ini punya bisnis sampingan persewaan playstation.
Dia terang-terangan bicara di kelas bahwa siapa yang tak buat tugas, bisa tetap dapat nilai lumayan asal main playstation di rumahnya. Tunjukkan voucher bukti bermain playstation dan siswa akan dapat nilai. Lucu ya? Kan benar-benar mentalitas penjajah. Tapi sekali lagi, tak semua guru seperti itu. Jauh lebih banyak guruku yang baik dan mendidik.
Jadi, jika mentalitas penjajah itu dipupuk di rumah dan lingkungan, maka bisa berdampak di sekolahan. Yang bisa menghilangkan mentalitas penjajah adalah kasih sayang. Mengasihi dan menyayangi manusia layaknya manusia. Dan itu berat di masa ketika semua diukur dengan uang, seperti saat ini. Â