Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

ACT dan Sedekah pada yang Lebih Dekat

8 Juli 2022   07:51 Diperbarui: 12 Juli 2022   23:18 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber foto: shutterstock dipublikasikan kompas.com

ACT jadi pembicaraan. Bahkan Kementerian Sosial sudah mencabut izin ACT dalam hal sebagai penggalang donasi.

Dari pemberitaan di kompas.com yang saya baca, Kemensos menilai bahwa ACT mengambil uang donasi untuk operasional sebanyak 13,7 persen. Sementara sesuai aturan, lembaga bisa mengambil uang donasi untuk operasional maksimal 10 persen.

Bukan hanya itu, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) membeberkan jika ada dugaan sebagian dana yang terkumpul di ACT juga untuk aktivitas terlarang.

Di zaman seperti ini, ACT adalah salah satu contoh lembaga yang menyalurkan donasi. Banyak sekali lembaga yang menyalurkan donasi.

Sebagian dari kita, merasa hanya perlu bersedekah saja. Selebihnya, menjadi tanggung jawab dari penyalur donasi. Nah, yang repot jika ternyata donasi kita malah disalurkan untuk hal terlarang. Kita yang niatnya baik, malah jadi kena buruknya.

Sedekah ke yang Jauh

Fenomena digital saat ini memungkinkan kita bersedekah pada yang jauh, misalnya seberang pulau atau seberang negara. Apalagi jika yang jauh itu viral dan ada lembaga yang mau menyalurkan bantuan.

Fenomena jauh itu tinggal disebar di dunia maya. Diberi narasi dan minta donasi. Fenomena yang belum tentu kita ketahui kenyataannya.

Tapi, ya tak ada yang salah. Kalau mau donasi ya silakan. Hanya saja, bagaimana jika kita lebih memprioritaskan yang dekat? Tetangga sedesa atau tetangga beda desa yang situasinya bisa kita lihat langsung.

Misalnya, jika mau bersedekah Rp1.000, dibagi saja, Rp700 untuk yang dekat dan Rp300 untuk yang jauh.

Sebab zaman sekarang justru memungkinkan kita tak tahu situasi sekitar. Siapa tetangga kita yang sakit dan butuh bantuan? Atau siapa tetangga kita yang sedang membutuhkan bantuan sekolah anaknya?

Kita tak tahu karena banyak aktivitas dilakukan di dunia maya. Justru malah tahu bahwa di kota tetangga sedang ada pedagang tua yang jualannya jarang laku dan kita iba.

Sedekah ke yang Dekat

Sedekah ke yang dekat akan lebih mudah dipantau. Bahkan lebih jelas jika kita yang memberi langsung. Kita juga tidak merasa was-was dananya diselewengkan.

So, memprioritaskan sedekah pada yang dekat lebih aman. Tapi jika pun mau sedekah pada yang jauh tak masalah. Ya dibagi persentasenya, seperti tulisan di atas.

Yang repot kan ketika ada yang gencar membantu yang jauh, tapi malah abai pada yang dekat. Modal iba tak terkira pada fenomena jauh, tapi tak tahu jika ada yang terdekat sedang sekarat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun