Tapi NasDem, PKS, dan PPP juga harus sepakat siapa cawapresnya. Mereka sepertinya (menurut saya) tak akan menyerahkan capres ke Anies. Kenapa? Karena elektabilitas Anies tak menjulang tinggi dibandingkan kandidat lain.
Jika koalisi NasDem, PKS, Demokrat pecah, bisa saja Demokrat memilih untuk merapat ke Prabowo dengan menyodorkan nama AHY sebagai RI 2. Ini terjadi jika Prabowo-Cak Imin belum fix.
Catat juga ya Gerindra + Demokrat sudah memenuhi syarat mengajukan capres.
Maka, pengusung Anies bukan hanya fix di level capres, tapi juga cawapres. Saya pikir, partai akan berebut posisi cawapres. Nah, ketika koalisi gemuk atau koalisi lebih dari dua parpol memang tak mudah menentukan cawapres.
Ingat kan bagaimana Jokowi kesulitan menentukan cawapres di 2019 karena koalisi gemuk? Pada akhirnya jalan tengah ditempuh dengan mengusung KH Maruf Amin.
Kembali lagi, jika koalisi lebih dari dua parpol, perlu jelas siapa cawapresnya. Jika gagal sepakat di cawapres, bisa saja koalisi akan bubar.
Menurut saya pun, jika elektabilitas antar kandidat capres sangat tipis seperti saat ini, maka cawapres akan sangat menentukan. Karena itulah NasDem mau Anies-Ganjar. Salah satunya karena dua sosok ketika disatukan, memberikan jaminan kemenangan.
Tapi menyatukan Anies-Ganjar tentu tak mudah. Bukan hanya menyatukan di tingkat elite partai, tapi juga akar rumput. Kubu Anies dan Ganjar sangat keras bersaing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H