Pernah ada seorang teman yang mungkin iba pada saya, akhirnya memberi saya peluang untuk kerja di luar kota.
Dia bilang ke saya, supaya saya hubungi seseorang dan meminjam nama teman saya. "Kamu bilang saja temanku, ini ada lowongan. Gaji sih tidak seberapa, tapi barangkali membantu," begitu kata teman saya.
Saya hubungilah orang yang dituju. Jawabannya singkat, jelas, dan padat. "Ngga ada lowongan mas," kata si orang itu. Padahal, aku sudah bilang sebagai teman si X itu.
Jangan Stres
Ini yang sulit. Di situasi seperti itu, saya harus tidak boleh stres. Ketika stres, maka situasi akan makin buruk. Buruk bagi kesehatan sendiri.
Maka, saya harus meyakinkan diri bahwa besok atau lusa, akan lebih baik. Saya percaya Tuhan akan membantu saya.
Sembari, mencari kerja, sembari menjadi petani. Memanfaatkan lahan tak seberapa untuk bertanam kacang-kacangan. Tapi, dasar bukan petani, tanaman gagal.
Tapi, sekali lagi saya berusaha untuk selalu yakin bahwa Tuhan akan menolong saya. Saya tentu cemas dan khawatir. Tapi saya berusaha untuk menetralisir cemas itu dengan keyakinan pada Tuhan.
Saya masih ingat, saat itu di bulan Februari dan tabungan saya makin menipis. Jika menghitung tabungan, maka pada April, uang saya sudah habis. Pekerjaan tak kunjung saya dapatkan. Anak terbesar sudah mulai ngoceh. "Makanya, bapak kerja, ya," kata anak saya waktu itu.
Itu jelas pukulan yang luar biasa. Tapi, saya bersyukur karena waktu itu saya bisa memupuk keyakinan bahwa saya akan dibantu Yang Maha Kuasa. Keyakinan itu penting agar saya tidak stres, agar saya tidak oleng. Tentu tekanan bertubi-tubi terus datang. Tapi sekali lagi, saya punya keyakinan bahwa Tuhan akan menolong saya.
Beberapa kali keajaiban kemudian saya dapatkan. Misalnya, tiba-tiba saya dapat arisan rutinan. Tentu dapatnya tidak seberapa, tapi bisa untuk bernapas sepekan