ilustrasi. foto: thinkstock.com
Cerita tentang pawang hujan di Mandalika beberapa waktu lalu membuat saya ingat tentang cara-cara nonilmiah. Ini adalah kisah tahun 90-an tentang pencurian perhiasan dan memakai dukun atau kadang disebut orang pintar. Kisah ini bukan hal ilmiah. Jadi jangan dilihat dari sudut pandang ilmiah. Ngga akan ketemu!
Sebelum cerita soal dukun yang tidak ilmiah, saya akan mengawali tulisan tentang cara ilmiah. Cara ilmiah menurut Pak Sugiyono dalam bukunya tentang penelitian, ada tiga. Ada tiga cara dikatakan ilmiah yakni rasional, empiris, dan sistematis.
Rasional artinya masuk akal. Empiris artinya bisa diterima pancaindera dan laku empiris ini bisa dipelajari secara ilmiah dan dilakukan oleh orang lain. Sistematis adalah menggunakan langkah-langkah yang logis. Sudah sampai itu saja.
Saya akan cerita tentang kisah nonilmiah terkait pencurian. Ceritanya, rumah saudara saya kemalingan. Eternit rumah jebol dan ada kayu yang disandarkan ke eternit. Perhiasan yang nilainya jutaan rupiah raib. Kemungkinan pencurinya adalah orang yang sudah paham dengan situasi rumah tersebut.
Pencurian itu membuat geger di pagi hari. Saya yang saat itu masih SMP atau SMA pun ikut melihat TKP selepas pencurian. Rasa sedih terlihat dari saudara saya tersebut. Setelah pagi geger, pada sore hari saudara saya ini bersama beberapa tetangga memutuskan mendatangi dukun.
Rumah dukun ini sangat jauh. Jika naik kendaraan bermotor bisa memakan waktu sampai 4 jam. Jadi, sampai tempat dukun itu sudah larut malam. Salah satu orang yang ikut menemani korban ke dukun itu bercerita pada saya.
"Jadi, ada toples yang berisi air, kemudian ada ritual. Lalu, dari toples itu muncul wajah orang yang diduga mencuri. Aku lihat jelas wajah itu. Tapi aku meraba-raba itu wajah siapa," katanya padaku.
"Nah, setelah muncul wajah itu. Dia (si korban) menyebut satu nama. Lalu, dia (si korban) meminta pada orang pintar itu agar si pencuri mengembalikan semua perhiasannya," cerita orang itu padaku.
Si pencuri tersebut menurut korban adalah masih saudaranya sendiri. Selang beberapa hari, perhiasan yang dicuri itu tiba-tiba ada di ruang tengah rumah dan berserakan. Jadi, orang yang mencuri mengembalikan perhiasan tersebut secara diam-diam. Katanya karena merasa ketakutan.