Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seringlah Meledak saat Mahasiswa, Jangan Sering Meledak saat Tua

18 Desember 2021   14:07 Diperbarui: 18 Desember 2021   14:13 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa yang tergabung dalam BEM Seluruh Indonesia (SI) melakukan aksi unjuk rasa di kawasan Patung Kuda Jakarta Pusat, Jumat (16/10/2020). Mereka menolak pengesahan omnibus law Undang-undang Cipta Kerja.(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Ini hanya pandangan pribadi berdasarkan pengamatan. Aku meyakini bahwa manusia itu punya potensi meledak. Maka lebih bagus diledakkan saat masih muda atau saat masih mahasiswa. Muda yang saya maksud di sini adalah yang masih sekolah atau kuliah dengan usia maksimal 24 tahun. Kalau sudah tua kok masih sering meledak, ya tidak cocok.

Meledak yang saya maksud adalah sering kritis, sering protes, terus bertanya, terus mengkritisi. Semua laku itu dilakukan dengan gaya khas anak muda, yakni lantang. Salah satu cara untuk mengasah daya ledak ya berorganisasi, bisa lewat unit kegiatan mahasiswa jika statusnya mahasiswa.

Kenapa perlu sering meledak saat muda? Karena anak muda relatif bersih. Setidaknya mereka masih menyusu ke orangtua.

Anak muda relatif belum kenal mega proyek. Anak muda relatif belum kenal pemandangan nilep uang perusahaan atau negara. Anak muda relatif belum kenal bagaimana sulitnya disuruh memilih idealisme dan kebutuhan keluarga. Anak muda relatif belum kenal bagaimana memanipulasi pekerjaan. Anak muda relatif belum pusing memikirkan anak dan istri atau suami.

Anak muda masih segar dan bugar. Anak muda punya tenaga. Jadi kalau anak muda meledak ledak, ya wajar dan pantas. Asal jangan berlaku kriminal.

Bertenaga, bugar, relatif bersih dari duit abu-abu, belum terpikirkan anak dan istri atau suami, idealis. Itu adalah modal bagus bagi anak muda untuk meledak alias terus kritis, protes, bertenaga, dan mengasah kekritisan.

Ketika berorganisasi, maka akan mengasah kekritisan. Berorganisasi akan mengasah kemampuan manajerial. Berorganisasi akan mengasah kepekaan pada lingkungan. Maka berorganisasilah saat muda.

Jika berorganisasi saat muda, maka Anda akan punya daya ledak yang luar biasa. Jika pemuda meledak, maka dunia bisa bergoncang. Tapi catat ya, meledaknya bukan meledak kriminal.  

***

Nah biasanya, jika sudah berumur, misalnya lebih dari 30 tahun kok masih sering meledak, tandanya saat muda tak pernah meledak. Kalau sudah berumur 30 lebih kok hobinya protes, berarti saat muda kemungkinan tak pernah protes.

Sudah berumur kok masih "nakal", berarti saat muda mungkin tak pernah "nakal". "Nakalnya" terlambat. Gairah ledakannya terlambat. Apa efek dari keterlambatan ledakan?

Yang pasti ketika sudah 30 tahun lebih, potensinya tak lagi idealis. Sudah berorientasi uang untuk kebutuhan keluarga. Bahkan mungkin karena terpaksa, jual idealisme agar bisa dapat uang dan makan. Ya tak masalah, wajar saja. Yang penting tak melakukan pidana.

Kan jadi tak cocok. Sebab sudah tua, tak bertenaga, tak idealis, orientasinya uang, tapi masih getol protes dan kritik sana sini.

Kalau ada orang berumur sering protes dan menjajakan idealisme, maka suruh saja dia bercermin. Apakah dirinya itu cocok getol bicara idealisme.

Kalau sudah tua protes sekali kali tak masalah. Kalau sudah tua hobi protes berkali-kali dan sok kritis berulang-ulang, ya ngga cocok.

Jadi hidup itu ada waktunya. Waktu muda adalah waktunya meledak-ledak. Jangan sampai tak diledakkan, karena justru akan meledak ledak saat sudah tua. Meledak ledak saat tua tak ada guna. Meledak ledak saat tua hanya akan jadi bahan tertawaan.

Cek saja sekitar Anda. Mereka yang hobi meledak-ledak, hobi sok kritis, dan hobi protes di masa tua, biasanya di masa mudanya tak meledak-ledak. Biasanya masa mudanya diem-diem bae. Istilahnya telat puber.  Ya ngga sih? Ya ngga tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun