Shin Tae-yong. Foto: dok pssi dipublikasikan kompas.com
Indonesia akan melakoni babak play off kualifikasi Piala Asia 2023 melawan Taiwan. Pertandingan dilaksanakan dua kali di tempat netral yakni Thailand pada 9 dan 12 Oktober 2021. Jika Indonesia kalah, bagaimana nasib pelatih Shin Tae-yong?
Tentu saya berharap Indonesia menang. Sehingga bisa ke babak grup kualifikasi Piala Asia 2023. Tapi ini hanya berandai saja jika Indonesia kalah lawan Taiwan dan bagaimana nasib Shin Tae-yong?
Beberapa media menyebutkan nasib pelatih Timnas Indonesia asal Korea Selatan itu bakal di ujung tanduk jika Garuda kalah dari Taiwan. Bahkan, ada yang menulis jika Shin Tae-yong akan dipecat.
Saya pribadi berpendapat tak masalah asal pecat pelatih tapi dengan syarat, tim sudah mapan. Jika tim bertabur bintang tapi pelatihnya gagal, ya pecat saja. Masih banyak pelatih lain.
Kalau tim diisi oleh pemain yang mampu bersaing di level atas dan pelatihnya gagal meracik, ya pecat saja. Contoh di level klub adalah Chelsea.
Klub asal London itu paling doyan pecat pelatih. Entah sudah berapa pelatih yang dipecat pada masa Roman Abramovich. Tapi pemecatan itu tak masalah karena Chelsea diisi para pemain bintang.
Buktinya sekalipun main pecat pelatih, Chelsea berprestasi. Paling menonjol tentunya adalah dua kali juara Liga Champions di masa Roman Abramovich.
Itu kalau tim yang sudah mapan dan diisi pemain berkualitas. Nah, kalau timnya saja masih di level "dibentuk", tentu pemecatan bukan solusi. Tim dibentuk lalu baru jalan sebentar, pelatih dipecat.
Besok lagi ambil pelatih top dan ingin efek instan. Nah, pelatih bukan tukang sulap. Apalagi ketika pelatih melatih tim yang masih level "dibentuk". Bagi saya Timnas Indonesia itu levelnya masih "dibentuk". Maka tak cocok asal pecat pelatih.
Pengalaman terjelas adalah dipecatnya atau tidak diperpanjangnya kontrak Luis Milla. Bisa dilihat bagaimana kualitas Timnas Indonesia yang mulai terbentuk di tangan Milla. Lalu, setelah ditinggal pergi, Timnas Indonesia bobrok di AFF 2018. Bukan hanya bobrok hasil, tapi juga permainan.
Maka, berilah kesempatan pelatih membentuk tim. Dengan rentang waktu yang cukup kemudian putuskan akan diperpanjang atau dilepas si pelatih itu.
Nah, Shin Tae-yong kan belum memiliki ruang yang memadai karena selama ini Timnas Indonesia terkendala pandemi. Seingat saya satu-satunya ruang adalah kualifikasi Piala Dunia 2022 beberapa bulan lalu. Tapi itu hanya ajang spekulasi karena Indonesia sudah dipastikan tersingkir. Lagipula ajang itu dijadikan tempat mengasah pemain muda.
Maka, untuk kasus seperti Timnas Indonesia atau tim yang levelnya masih "dibentuk", jangan asal pecat ketika pelatih gagal. Beri ruang cukup.
Kecuali kualitas pemain Indonesia sudah seperti skuat Chelsea. Mau main pecat tak masalah.