Maka, di pagi hari dan di sore hari, ketika tak ada kerjaan, Tarno adalah orang yang selalu membantu Anton yang kepayahan. Â Semua orang sudah paham siapa Tarno. Sehingga, tak ada yang berburuk sangka pada lelaki malaikat itu.
Lalu, satu petang, seperti petang dengan hujan deras 16 tahun lalu itu, Dewi mengucapkan hasratnya tanpa awalan. "Mas Tarno, aku ingin meminta maaf. Aku mau menebus kesalahanku. Aku ingin mengurusmu, Mas Tarno. Jika Mas Anton sudah meninggal, aku siap kembali menikah denganmu. Demi Dian, mas, satu-satunya anakku," kata Dewi.
Tarno ingat soal petang jahanam 16 tahun lalu itu. Soal hujan deras dan terpaan kegilaan. Bara itu mulai muncul. Tapi Tarno menenggelamkan bara itu dengan baik. Dia memutuskan berlalu sembari tetap bilang, "panggil saja aku dengan sebutan 'pak'," ujarnya.
Saat Tarno berjalan menjauh dari rumah Dewi, dia teringat dengan masa-masa indah bersama Dewi. Masa mengurus bapak dan paman Dewi. Dia juga ingat bagaimana memadu kasih di malam akhir pekan pertama setelah menikah.
Tarno membalikkan badan. Tapi dia segera membunuh hasratnya. Tiga langkah dia kembali teringat masa indah itu. Dia tak tahan dan membalikkan badan. Dia memburu hasrat rindunya yang tumbuh lagi. Dia berjalan ke arah rumah Dewi. Â
"Pak.... Cepat pulang, hujan makin deras," teriak Dian dari kejauhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H