Harun, lelaki yang sangat mencinta Sinta. Harun, yang nyaris berusia 40 tahun itu terus memburu rindunya, memburu hasrat dan cintanya yang bernama Sinta.
Sinta, adalah wanita 25 tahun yang sedang anggun-anggunnya. Harun memupuk cintanya karena setahunya, tak ada yang suka Sinta. Sinta memang tak terlalu cantik, tapi supel.
Harun yang agak pemalu itu terus memburu wanita impiannya.
"Bolehkah nanti malam aku bertandang," kata Harun dengan style khas memasukkan kedua tangan di saku celana. Harun memang begitu. Dia bingung harus bagaimana dengan tangannya saat bicara dengan Sinta.
"Ngga kang, aku ada acara," kata Sinta menolak sembari tersenyum.
"Pulang dulu ya kang," kata Sinta pulang dari warung Bu Darkem. Pernyataan Sinta yang ramah dimaknai Harus sebagai tanda lain dari penolakannya.
"Ah Sinta. Makin hari makin membuatku tak bisa tidur," kata Harun lirih.
***
Setahun perburuan Harun bertepuk sebelah tangan. Sementara, usianya terus bertambah.
"Apa susahnya bilang 'ya', dek Sinta. Ya untuk menikah denganku. Aku mencintaimu," kata Harun.
"Tapi cinta tak boleh memaksa kang," kata Sinta dengan senyum ramahnya. Senyum ramah yang tak segaris lurus dengan cinta. Senyum bukan berarti suka.
Untuk kesekian kalinya, hati Harun patah berkeping-keping. Tapi dia tak akan mundur. Baginya, cinta harus diperjuangkan. Penolakan adalah awal untuk kembali membangun tembakan baru.