Sebut saja dua orang bersaudara namanya Fulan dan Lanfu. Silakan dibayangkan. Dua orang itu ada di sebuah rumah. Fulan yang lebih tua, menyuruh Lanfu membeli bohlam. Di mana membeli bohlam? Di warung Mak Erot.Â
Warung Mak Erot berjarak 300 meter di sebelah barat rumah Fulan dan Lanfu. Lanfu lalu pergi membeli bohlam.Â
Setelahnya, Fulan kemudian marah-marah. Pasalnya, Lanfu sudah 30 menit tak kunjung kembali ke rumah.Â
Fulan dengan rambut acak-acakan itu, keluar rumah ingin mencari Lanfu.Â
"Dasar, disuruh beli bohlam lama sekali," gumam Fulan.Â
Begitu keluar dari teras rumah, Fulan tengak tengok. Dia kemudian kaget karena mendapati Lanfu ada di jalan sebelah timur rumah.Â
"Kamu beli bohlam di mana?" tanya Fulan keras.
"Di Mak Erot!" jawab Lanfu.
"Lho Mak Erot kan warungnya di barat, kenapa kamu datang dari timur," tanya Fulan.
"Kan abang hanya menyuruhku pergi ke Mak Erot. Tak menyuruh aku untuk pergi ke Mak Erot lewat jalan barat. Akhirnya aku lewat jalan timur, lalu ke utara, lalu ke barat, lalu ke selatan. Sampai ke rumah Mak Erot. Baliknya, aku melewati jalan itu lagi," kata Lanfu.Â
"Hrrrrr," ekspresi Fulan.Â
Mendapatkan ekspresi itu, Lanfu langsung lari ke arah barat.Â
"Hei kenapa kamu lari ke barat," teriak Fulan.Â
"Aku ingin memperbaiki kesalahan. Aku mau ke Mak Erot lewat arah barat," kata Lanfu terpotong-potong karena sembari lari.
Bohlamnya? Ternyata masih dibawa Lanfu.Â
***
Satu ketika Fulan meminta Lanfu untuk mencarikan batu di tempat penggilingan batu.Â
"Tolong carikan lima batu seukuran bola ping pong ini. Bolanya dibawa tak masalah. Kamu cari batu ke tempat penggilingan batu dekat warung Mak Erot. Kamu ke sana lewat barat ya, biar lebih cepat. Sampai penggilingan batu, kamu izin sama mandor untuk minta lima batu seukuran bola ping pong. Izinnya begini, 'pak minta batu ya, lima buah saja, seukuran bola ping pong ini,'. Kalau sudah selesai, kamu pulang lewat jalan kamu berangkat lagi. Cepat ya. Jangan lupa berdoa," kata Fulan.Â
Tapi ternyata sudah dua jam Lanfu tak pulang. Fulan bingung, lalu mencari Lanfu di tempat penggilingan batu. Dua bersaudara itu bertemu.Â
"Bang. Ini kan lingkaran bola ping pong 12,1 sentimeter. Aku mencari batu yang lingkarannya 12,1 sentimeter tidak ada. Belum nemu," kata Lanfu.Â
Fulan hanya bisa tepok jidat.Â
***
Fulan bingung dengan adiknya yang seperti itu. Dia tak tahu lagi harus bagaimana berkomunikasi. Berpekan-pekan dia mencoba mencari solusi. Tapi tak juga menemukan jawabannya.Â
Dia pusing. Akhirnya dia memilih untuk sering bercanda dengan adiknya. Selain bercanda, Fulan juga sering memeluk adiknya. Mereka kadang saling suap makanan. Si Lanfu awalnya takut disuap. "Nanti kalau ditangkap KPK bagaimana?" ujar Lanfu.Â
Tapi belakangan Lanfu menerima disuap. Dia paling suka disuap makanan laut, seperti lobster. Kakak beradik ini kemudian selalu gembira bersama. Senang bersama. Fulan sangat mencintai adiknya itu.
Hingga kemudian, Fulan tak sadar bahwa dia sudah tak pernah kesulitan berkomunikasi lagi. Semua berjalan dengan gembira, dengan bahagia. Jika ditanya apa resep yang membuat sang adik saat ini bisa paham dengan instruksi, Fulan tak pernah tahu jawabannya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI