Hal lain yang menonjol jadi pembicaraan adalah  soal pencitraan. Apa yang dilakukan Risma dinilai sebagai pencitraan. Risma dinilai sedang mencari panggung untuk kepentingan Pilkada Jakarta 2024. Risma dinilai akan didorong PDI Perjuangan untuk bertarung di Pilkada Jakarta 2024 dan potensial akan melawan Anies Baswedan.
Dalam politik, tak ada masalah dengan pencitraan. Memang itu bagian dari kampanye pribadi. Sebab, bagaimanapun pemimpin dan calon pemimpin harus memiliki citra yang bagus. Masa pemimpin atau calon pemimpin tak boleh membuat citra yang bagus dengan menjalankan tugasnya?
Kalau ada pemimpin pemerintahan kerja diam-diam, saya pikir itu bukan pemimpin pemerintahan. Itu levelnya pemimpin kultural atau sedekah pribadi. Pemimpin pemerintahan harus memperlihatkan kinerjanya, sebagai bagian dari tanggung jawab pada masyarakat. Kalau pemimpin pemerintahan kerja diam-diam ya susah.
Jadi, pemimpin pemerintahan memperlihatkan kinerja, bagi saya adalah keharusan. Tidak boleh dimaknai sebagai cari muka. Sebab, memang harus seperti itu seorang pemimpin pemerintahan. Â (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H