Setelah liburan, murid kembali masuk sekolah. Tentu saja arti masuk sekolah di masa pandemi adalah sekolah virtual.
Sudah kisaran 10 bulan, sekolah virtual atau jarak jauh ini dilakukan. Sejak Covid-19 dideteksi masuk ke Indonesia pada Maret 2020, anak-anak mulai sekolah dari rumah.
Pola sekolah dari rumah ini macam-macam. Pola yang saya tulis ini berdasarkan pengalaman anak kelas 2 SD. Ada kalanya, tatap muka virtual antara guru dan para murid. Guru memberikan pelajaran pada murid melalui tatap muka virtual.
Fenomena pertemuan virtual ini tentu memunculkan beberapa kendala. Misalnya soal murid yang orangtuanya tak memiliki telepon genggam yang canggih. Sehingga sang anak harus numpang bersama teman lainnya yang memiliki telepon genggam yang canggih.
Nah, ketika si anak numpang bareng temannya, protokol kesehatan jelas tak maksimal dilaksanakan. Sebab, dua anak ini tentu harus saling berdekatan agar keduanya terpantau oleh kamera telepon genggam.
Selain itu adalah kendala soal jaringan dan kemampuan orangtua dalam menggunakan telepon genggam untuk tatap muka virtual. Kendala jaringan terkait dengan sinyal telepon genggam. Tak dipungkiri bahwa ada daerah yang memang tak memiliki sinyal yang bagus. Ini akan membuat si anak tak maksimal mendapatkan informasi dari sang guru.
Kemudian adalah kemampuan orangtua dan guru dalam menguasai teknologi. Ini pengalaman pribadi. Saat anak saya mengikuti pertemuan virtual, terlihat bahwa para orangtua dan guru agak gagap berteknologi.
Saat itu, sang guru menjadi host-nya. Tapi di tengah jalan tiba-tiba sang guru hilang. Saya juga heran ketika sang guru hilang dari peredaran di aplikasi pertemuan virtual.
Kami menunggu agak lama dan memang sang guru tak kembali ke aplikasi virtual. Yang membuat saya kaget, tiba-tiba ketika telepon genggam saya utak-atik, diketahui bahwa saya yang menjadi host. "Ini bagaimana ceritanya kok saya jadi host, dan sang gurunya menghilang," batin saya.
Akhirnya saya mengganti hostnya ke orangtua yang lain. Lalu saya left. Belakangan dapat informasi bahwa sang guru juga bingung kenapa dia keluar dan kesulitan masuk kembali ke pertemuan virtual.
Selain pertemuan virtual, ada kalanya proses belajar mengajar melalui aplikasi perpesanan. Sang guru menyebar soal melalui grup aplikasi perpesanan. Kemudian murid menjawab soal tersebut dan dikumpulkan.