Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Yang Kembali Belajar Itu Orangtuanya, Bukan Muridnya

3 Januari 2021   00:16 Diperbarui: 3 Januari 2021   18:24 1434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sekolah daring. Foto: ANTARA FOTO/FAKHRI HERMANSYAH dipublikasikan kompas.com

Setelah liburan, murid kembali masuk sekolah. Tentu saja arti masuk sekolah di masa pandemi adalah sekolah virtual.

Sudah kisaran 10 bulan, sekolah virtual atau jarak jauh ini dilakukan. Sejak Covid-19 dideteksi masuk ke Indonesia pada Maret 2020, anak-anak mulai sekolah dari rumah.

Pola sekolah dari rumah ini macam-macam. Pola yang saya tulis ini berdasarkan pengalaman anak kelas 2 SD. Ada kalanya, tatap muka virtual antara guru dan para murid. Guru memberikan pelajaran pada murid melalui tatap muka virtual.

Fenomena pertemuan virtual ini tentu memunculkan beberapa kendala. Misalnya soal murid yang orangtuanya tak memiliki telepon genggam yang canggih. Sehingga sang anak harus numpang bersama teman lainnya yang memiliki telepon genggam yang canggih.

Nah, ketika si anak numpang bareng temannya, protokol kesehatan jelas tak maksimal dilaksanakan. Sebab, dua anak ini tentu harus saling berdekatan agar keduanya terpantau oleh kamera telepon genggam.

Selain itu adalah kendala soal jaringan dan kemampuan orangtua dalam menggunakan telepon genggam untuk tatap muka virtual. Kendala jaringan terkait dengan sinyal telepon genggam. Tak dipungkiri bahwa ada daerah yang memang tak memiliki sinyal yang bagus. Ini akan membuat si anak tak maksimal mendapatkan informasi dari sang guru.

Kemudian adalah kemampuan orangtua dan guru dalam menguasai teknologi. Ini pengalaman pribadi. Saat anak saya mengikuti pertemuan virtual, terlihat bahwa para orangtua dan guru agak gagap berteknologi.

Saat itu, sang guru menjadi host-nya. Tapi di tengah jalan tiba-tiba sang guru hilang. Saya juga heran ketika sang guru hilang dari peredaran di aplikasi pertemuan virtual.

Kami menunggu agak lama dan memang sang guru tak kembali ke aplikasi virtual. Yang membuat saya kaget, tiba-tiba ketika telepon genggam saya utak-atik, diketahui bahwa saya yang menjadi host. "Ini bagaimana ceritanya kok saya jadi host, dan sang gurunya menghilang," batin saya.

Akhirnya saya mengganti hostnya ke orangtua yang lain. Lalu saya left. Belakangan dapat informasi bahwa sang guru juga bingung kenapa dia keluar dan kesulitan masuk kembali ke pertemuan virtual.

Selain pertemuan virtual, ada kalanya proses belajar mengajar melalui aplikasi perpesanan. Sang guru menyebar soal melalui grup aplikasi perpesanan. Kemudian murid menjawab soal tersebut dan dikumpulkan.

Dari pengalaman 10 bulan bersekolah jarak jauh, sejatinya ketika kembali belajar jarak jauh setelah liburan, adalah kembali sekolah bagi orangtua murid. Khususnya orangtua murid SD kelas 1 sampai 3.

Kenapa dikatakan begitu? Ya karena fenomenanya memang orangtuanya yang belajar. Orangtuanya yang menjawab soal, membuatkan kerajinan tangan, tekun mengikuti arahan guru dalam pertemuan virtual.

Sang anak? Ya maklum saja, anak kelas 1 sampai 3 memang butuh pendampingan ekstra. Apalagi anak kelas 1 masih ada yang belum bisa baca dan tulis. Selain itu, mereka adalah anak yang masih suka main-main.

Fenomena yang terjadi adalah si anak keluyuran dan orangtua murid kelabakan menjawab soal dari sang guru. Otak yang biasanya digunakan untuk mencari uang, akhirnya digunakan untuk kembali belajar. Orangtua mencari informasi ke sana ke mari untuk menjawab soal sang guru.

Bahkan, kebiasaan orangtua di masa muda kembali dilakukan, yakni saling menyontek. Orangtua A tanya ke orangtua B. Orangtua B tanya ke orangtua C, dan seterusnya. Mereka saling menyontek untuk memastikan bahwa jawaban memang benar.

Maka, ketika kembali belajar adalah orangtua harus kembali menyiapkan diri. Orangtua harus memeras otak agar bisa menjawab soal dan tugas dari guru. Orangtua harus sering baca literasi anak-anak.

Itulah fenomena yang terjadi dalam sekolah daring untuk anak-anak SD kelas awal. Tak dipungkiri, orangtualah yang sebenarnya kembali belajar. Selain mencari nafkah, orangtua juga mencari jawaban soal-soal sekolah yang diberikan sang guru.

Nah, raport yang didapatkan di ujung semester itu adalah potret kemampuan orangtua, bukan kemampuan anak. Kalau raportnya jelek, ya berarti orangtuanya kesulitan membuatkan tugas dan menjawab soal. Bukan begitu? (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun