Soni berkali kali jadi suruhan bosnya. Kadang dia disuruh tanpa dibayar. Sebab, Soni memang tak berani meminta. Hal itu kemudian menjadi keterusan. Soni sendiri tak berani membantah atau melawan. Tapi memang kadang dia juga dapat jatah dari bosnya. Jatah yang berlebih.
Kalau pas Lebaran, Soni dapat THR yang lebih besar dari pekerja lainnya. Tapi, menurutku itu tak sepadan dengan kerja keras dan pengorbanan Soni selama ini. Soni bisa bekerja 12 jam sehari karena lemburan-lemburan tak jelas itu.
Soni yang mudah disuruh dan tak diberi tips itulah yang membuat Rodhiah meradang. Rodhiah dapat laporan dari teman Soni. Maka, pada suatu hari, kemarahan Rodhiah memuncak. Soni tak dapat jatah di malam hari.
Esoknya, Soni bisa pulang lebih cepat dan dapat tips dari bosnya. Baru jam 10 pagi Soni disuruh pulang. "Kamu istirahat saja," kata Si Bos.
Soni bergegas pulang membeli makanan kesukaan Rodhiah, mi ayam. Dia memarkir motor di depan rumah mertuanya. Dia berharap memberi kejutan karena Rodhiah tak tahu kalau dirinya sudah pulang. Sebab tak ada suara motor yang terdengar.
Soni memutuskan masuk rumah lewat pintu samping. Soni mengendap-endap, pintu rumah bagian samping terbuka. Tak jauh dari pintu itu, terlihat roknya Rodhiah tersingkap. Soni kemudian mencoba merabanya. Tapi geger.
"Ngapain kamu pegang-pegang?" kata yang mengagetkan Soni. Sebab, yang dia pegang bukan Rodhiah, tapi tetangganya, Ratinem. Soni ternyata salah masuk rumah.
"Ah kacau," gumam Soni.
"Damai saja Nem, damai. Aku lupa masuk rumah Nem. Damai. Ini ada mi ayam," kata Soni.
Ratinem disogok mi ayam langsung diem.
Soni bergegas pulang ke rumah. Tapi dia lupa untuk beli mi ayam pengganti. Akhirnya dia sampai rumah dengan tangan kosong. Dia lupa bahwa Rodhiah sedang marah. Soni didiemin saja.