"Itu tadi Laos kok pemainnya kelihatan tua ya?" Kata satu orang.
"Wah, kayaknya usianya dipalsukan," timpa yang lain.
Tapi, obrolan soal bola ya saat itu saja. Wong Liga Indonesia saja kayaknya tak bisa dilihat di parabola. Kenapa kayaknya? Karena saya jarang sekali memantau Liga Indonesia.Â
Fenomena sulit melihat siaran langsung olahraga di parabola memunculkan fenomena tertentu. Kalau saya lihat di media sosial, banyak yang teriak tak bisa nonton. Apalagi saat Asian Games 2018 yang lalu. Wah, nelangsa deh.
Kini, variasi parabola makin sedikit. MNC Group itu, sudah tak bisa dilihat melalui parabola. Sudah diacak. Kan parabola opsi channelnya yang lain masih banyak?Â
Ya banyak, tapi kalau menurut saya, tak ada channel yang menarik. Saya sendiri pernah lihat, ada channel yang isinya film jadul, ya itu-itu saja. Sudah diputar, diputar lagi, diputar lagi.
Efek Bagusnya?
Tiap ada nelangsa, ada juga bahagia. Anak-anak jadi tak maniak TV. Mungkin karena orangtuanya jarang melihat TV, jadi anak-anaknya tak nonton TV.
Sejak tiga atau empat tahun, anak-anak sering keluyuran naik sepeda. Hal itu, jadi keterusan. Efeknya, sosialisasi anak-anak tak terlalu mengalami masalah. Artinya mereka bisa dengan baik bisa saling berkomunikasi.
Pernah ada anak kecil yang katanya agak berbeda. Sebab, punya dunia sendiri dan sulit membaur. Tapi belakangan si anak itu sudah mulai keluyuran juga naik sepeda.
Karena sejak kecil anak-anak sudah asyik bermain di luar rumah, mereka cenderung ketagihan.