Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Proyek Jalan Daendels Membantai 12 Ribu Manusia

16 Agustus 2020   05:13 Diperbarui: 16 Agustus 2020   08:28 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Jalan Daendels di Semarang, tahun 2018. KOMPAS.com/NAZAR NURDIN

Salah satu kerasnya pembangunan jalan itu adalah di ruas Cisarua-Cigenang. Punggung gunung harus dipapras untuk pembuatan jalan. Pengikisan punggung gunung itu tentu saja dilakukan oleh manusia. Jangan bayangkan sudah ada dinamit di masa itu.   

Jalan Raya Pos yang membentang dari Anyer sampai Panarukan itu adalah mahakarya yang luar biasa di masanya. Termasuk jalan terbagus di masanya. Namun, di balik itu semua, ceceran darah, kuburan massal menjadi hiasannya. Jalan Raya Pos kemudian menjadi salah satu jalan yang sering digunakan di masa modern.

Jalan Raya Pos dipoles berkali-kali ketika pemerintahan Indonesia berubah dari satu masa ke masa yang lain. Kini, Jalan Raya Pos itu telah menjadi magnet bagi kendaraan dan segala macam distribusi barang. Sangat bermanfaat sekali. Walaupun kini ada Tol Trans Jawa, Jalan Daendels tetap dimanfaatkan banyak orang.

Tak menutup kemungkinan, kita menumpangi mobil, melewati Jalan Raya Pos dengan tertawa renyah. Tapi, tentu harus diingat bahwa segala macam kemudahan karena Jalan Raya Pos, dulunya adalah tempat pembantaian.

Pelajaran agar genosida seperti itu tak terjadi lagi. Jangan sampai atas nama pembangunan kita menghabisi anak bangsa sendiri. Jangan sampai atas nama pembangunan, genosida tak langsung terjadi berulang-ulang. Sebenarnya, cukup Jalan Pos saja yang menjadi cerita, sejarah, dan pilu di masa lalu. Jangan terulang di masa kini. (*)

Referensi:

Toer, Pramedya Ananta. 2009. Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. Lentera Dipantara. Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun