Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kala Pencari Kerja Hanya Diberi Angin Surga

9 Agustus 2020   14:58 Diperbarui: 9 Agustus 2020   15:02 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dunia kerja. Foto shutterstock dipublikasikan kompas.com

Banyak di antara kita yang pernah mengalami menjadi pencari kerja. Biasanya setelah lulus sekolah atau kuliah statusnya menjadi pencari kerja.

Di masa sebagai pencari kerja itu, pekerjaan benar-benar diidamkan. Bahkan, bunyi pesan di telepon genggam pun sering membuat dag dig dug. "Jangan-jangan dari instansi itu, dari perusahaan itu, yang kemarin aku memasukkan lamaran," begitu kira kira suara batin pencari kerja.

Namun, ya selain dag dig dug, ada saja cerita diberi angin surga. Itu pengalaman pribadi saya. Jadi di masa lalu, pengumuman lowongan pekerjaan sering muncul di koran. Ya karena media online belum menjamur.

Selain di koran, juga melihat pengumuman lowongan pekerjaan di kantor pos. Jadi saat menjadi pencari kerja, kerjaan saya adalah membeli koran baru dan melihat halaman iklan yang mengumumkan lowongan pekerjaan.

Selain itu, pergi ke kantor pos di pusat kota. Di depan kantor pos ada banyak selebaran tentang pengumuman lowongan kerja.

Satu ketika saya mendapati lowongan pekerjaan sebagai manajer pemasaran sebuah perusaan sepatu. Jika dilihat dari persyaratannya, saya jelas memenuhi syarat. Saya langsung berkhayal macam-macam. Jadi manajer, gajian, memberi uang ibu, dan lain-lain.

Datanglah saya ke tempat yang ada di pengumuman. Saya kaget bukan kepalang. "Kantornya" ada di bawah gedung pemerintahan. Saya dalam hati bergumam. "Ini benar perusahaan?" Kata saya.

Di situ banyak sekali sepatu berbagai merek. Tak ada ruangan khusus, tak ada sekat. Yang ada hanya meja, kursi, dan mungkin ratusan sepatu. Saya datangi dan saya sampaikan niat saya melamar sebagai manajer pemasaran.

Ternyata apa? Saya diminta untuk keliling jualan sepatu. Tentu saja saya bertanya. "Kan lowongannya manajer, kenapa harus keliling jual sepatu?" Kata saya kira-kira begitu.

Si bapaknya bilang, untuk jadi manajer harus jualan dulu keliling. Lama-lama nanti bisa jadi manajer.  "Kenapa lowongannya ditulis manajer. Bilang saja dibutuhkan tenaga pemasaran."

Pernah juga disuruh tes pada sebuah perusahaan penjual kartu kredit. Tesnya keren sekali, pakai dasi, baju putih, celana panjang hitam, sepatu hitam. Sampai di tempat, tesnya ngga jelas. Ibaratnya anak SD pun bisa jawab soalnya hehe.

Karena statusnya adalah pekerja, saya pikir saya akan dapat gaji bulanan di pekerjaan itu. Ternyata eh ternyata, saya hanya akan dapat duit jika saya berhasil menjual kartu kredit. Jadi tak ada gaji bulanan. Makanya tesnya kok gampang sekali. Tapi saya berpikir kenapa harus pakai baju putih, dasi, celana hitam, dan sepatu hitam ya? Kayak mau ngasih motivasi saja.

Hak perusahaan atau instansi untuk merekrut pekerja. Tapi, menjadi mengerikan ketika hanya ada angin surga. Mengerikan ketika pekerja benar-benar dimanfaatkan, apalagi tanpa gaji.

Bahkan, ada juga perusahaan yang memberi syarat tahan ijazah. Jika mereka yang benar-benar butuh, tentu akan terima saja ijazahnya ditahan. Padahal, penahanan ijazah akan membuat posisi pekerja sangat lemah.

Itu semua cerita belasan tahun lalu. Saat media sosial belum menggema, saat kesempatan berwirausaha tak sebanyak saat ini. Saya tak tahu, apakah tipu-tipu pada pencari kerja yang masih muda, masih terjadi saat ini? (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun