Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Akses Jalan Tetangga Ditembok karena Ayam, Terlalu Seriuskah Hidup?

26 Juli 2020   14:10 Diperbarui: 26 Juli 2020   14:08 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Wisnu Widodo di Kabupaten Ponorogo yang dipagar oleh tetangganya dengan tembok bata setinggi 1 meter karena tetangga sering menginjak tahi ayam milik Wisnu. (KOMPAS.COM/MITA)

Sepengetahuan saya, hampir semua orang desa juga maklum jika ada yang diganggu ayam. Mereka memang jengkel, tapi ya sebatas jengkel saja, tak sampai mendidih di dada atau malah lari ke hukum.

Itu baru satu problem yang dimunculkan ayam. Ada kalanya ayam malah mampir di teras rumah. Biasanya jelang siang mampir di teras rumah tetangga. Terus buang hajat. Akhirnya lantai keramik itu berceceran kotoran. 

Hal seperti itu sudah jadi pemandangan biasa. Akhirnya yang punya rumah sembari menggerutu membersihkan lantai. Tapi, ya hanya sampai menggerutu saja, tak sampai masuk ke ranah hukum atau ke polisi atau sampai menutup akses tetangga dengan membuat batas tembok.

Hidup di desa seperti itu, kita sama-sama punya ayam dan ayam kita kadang mengganggu tetangga. Ayam tetangga pun mengganggu kita. Kita memang terganggu, tapi itu jadi ritual yang tak sampai pada tahap yang super serius.

Nah apa yang terjadi di Ponorogo, saya pikir ada dua kemungkinan. Ini hanya rabaan saja. Bisa saja salah. Pertama adalah ketika warga menganggap masalah biasa menjadi sangat serius. Imbasnya malah tak keruan. Kedua, sebenarnya ada masalah yang lebih serius yang kemudian makin meletup ketika menginjak kotoran ayam.

Saya tentu tak dalam posisi untuk memberi penilaian lebih. Saya meyakini orang memiliki alasan mengapa melakukan satu dan lain hal. Tapi, saya pun punya pendapat bahwa masalah yang masih bisa diselesaikan dengan baik baik atau malah diabaikan, tak perlu dirampungkan dengan sangat serius.

Seorang guru saya pernah bilang, bahwa ada namanya "akar masalah", ada namanya "bunga masalah". Yang perlu diselesaikan secara serius itu kalau sudah "akar masalah". 

Kalau hanya bunga masalah, ya lupakan saja. Apa yang terjadi di Ponorogo juga bisa jadi cermin bagi kita semua. Tentu semoga masalah kecil tak meletup jadi masalah besar antartetangga. Berdoa saja semoga kita bisa bertetangga, berbangsa, dan bernegara dengan baik. Amin. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun