Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dulu Tempat Ibadah, Kini Sekolah Diposisikan sebagai "Korban"

21 Juli 2020   15:54 Diperbarui: 21 Juli 2020   15:46 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. foto: antara foto/adeng bustomi dipublikasikan Kompas.com

Khusus soal sekolah dasar, saya melihat bahwa munculnya narasi memosisikan sekolah sebagai korban karena memang lelahnya orangtua murid. Kelelahan itu memang luar biasa terjadi, khususnya orangtua murid kelas satu sampai mungkin kelas 3 SD. Sebab, dengan sekolah jarak jauh, praktis belajar mengajar dihandle oleh orangtua.

Problemnya adalah ketika orangtua bekerja, maka belajar mengajar tak terlalu efektif. Saya menduga, narasi memosisikan sekolah sebagaik korban juga agar anak kembali ke sekolah dan orangtua tak sibuk dengan memberi pelajaran ke anak. Mungkin begitu? Bisa iya, bisa tidak,

Narasi itu ternyata tak hanya muncul di sekolah dasar, tapi di perguruan tinggi juga menggejala. Narasinya ya sama, kalau tempat lain sudah dibuka, kampus belum dibuka. Kita lihat saja apakah narasinya akan sampai, pemerintah tak pro pendidikan?

Keruh

Narasi pelaku dan korban yang menggejala bisa menjadi keruh ketika tak dijelaskan secara gamblang. Juga menjadi keruh ketika narasi soal pelaku dan korban ini disusupi kepentingan politik.

Akhirnya orang yang berada di kubu politik X menggunakan narasi pelaku korban untuk menyerang kubu politik Y. Sesuatu yang seharusnya bisa jernih dilihat, malah menjadi keruh karena politik bermain di dalamnya.

Lebih parah lagi jika orang-orang yang berada di pusaran narasi itu adalah mereka yang enggan membaca dan berpikir panjang. Efeknya orang-orang di pusaran narasi itu cenderung sumbu pendek, lebih parah lagi tak punya sumbu. Ketika narasi pelaku dan korban dimunculkan emosi berkobar tak keruan.  (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun