Kalau mereka yang gemar melakukan putar haluan di politik, layak kita percayai? Ya terserah kita. Kalau kita memegang nilai keuntungan dan oportunistis ya tak masalah. Tapi kalau kita memegang nilai ajeg, ya mereka yang suka putar haluan politik, ya bisa dikatakan bermasalah.
Politik dari dulu sampai sekarang memang sama. Sebab, politik adalah soal siapa mendapatkan apa dan caranya bagaimana. Basis politik adalah kepentingan. Jika penting buat diri, ya dilakukan dan jika tak penting ya ditinggalkan.
Kita bisa sama-sama merenung tentang kondisi bangsa saat ini. Perenungan untuk menilai apakah Reformasi sudah sesuai relnya. Atau bagaimana. Tentu perenungan itu menjadi penting agar negeri ini bisa melaju ke jalur yang baik.
Perenungan tak hanya untuk kelompok atau untuk masyarakat, tapi juga untuk diri sendiri. Saya meyakini, perenungan individu akan membuat individu berpikir untuk memperbaiki diri. Ketika individu memperbaiki diri, maka adalah usaha untuk memperbaiki bangsa.
Misalnya, bagaimana agar tidak membuang sampah sembarangan. Atau bagaimana agar kita patuh untuk kesehatan diri dengan memilih di rumah saja atau ketika bepergian menggunakan masker, jaga jarak, dan cuci tangan.
Kebaikan-kebaikan individu yang massif dilakukan tentu akan jadi kebaikan kelompok dan masyarakat. Imbasnya, satu per satu masalah negara ini bisa terurai dan bisa terselesaikan. Maka, maka Reformasi 22 tahun yang lalu bisa jadi pemicu kita lebih baik. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H