Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saat Detik-detik Puncak Reformasi, Anda Ada di Mana?

21 Mei 2020   08:08 Diperbarui: 21 Mei 2020   08:05 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Soeharto memberikan keterangan pers seusai pertemuan dengan para ulama, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dan ABRI di Istana Merdeka, 19 Mei 1998, dua hari sebelum mengundurkan diri menjadi presiden. Disaksikan Mensesneg Saadillah Mursyid (paling kanan) dan para tokoh, antara lain Yusril Ihza Mahendra, Amidhan, Nurcholish Madjid, Emha Ainun Najib, Malik Fadjar, Sutrisno Muchdam, Ali Yafie, Maruf Amin, Abdurrahman Wahid, Cholil Baidowi, Adlani, Abdurrahman Nawi, dan Ahmad Bagdja.(KOMPAS / JB SURATNO)

Kalau mereka yang gemar melakukan putar haluan di politik, layak kita percayai? Ya terserah kita. Kalau kita memegang nilai keuntungan dan oportunistis ya tak masalah. Tapi kalau kita memegang nilai ajeg, ya mereka yang suka putar haluan politik, ya bisa dikatakan bermasalah.

Politik dari dulu sampai sekarang memang sama. Sebab, politik adalah soal siapa mendapatkan apa dan caranya bagaimana. Basis politik adalah kepentingan. Jika penting buat diri, ya dilakukan dan jika tak penting ya ditinggalkan.

Kita bisa sama-sama merenung tentang kondisi bangsa saat ini. Perenungan untuk menilai apakah Reformasi sudah sesuai relnya. Atau bagaimana. Tentu perenungan itu menjadi penting agar negeri ini bisa melaju ke jalur yang baik.

Perenungan tak hanya untuk kelompok atau untuk masyarakat, tapi juga untuk diri sendiri. Saya meyakini, perenungan individu akan membuat individu berpikir untuk memperbaiki diri. Ketika individu memperbaiki diri, maka adalah usaha untuk memperbaiki bangsa.

Misalnya, bagaimana agar tidak membuang sampah sembarangan. Atau bagaimana agar kita patuh untuk kesehatan diri dengan memilih di rumah saja atau ketika bepergian menggunakan masker, jaga jarak, dan cuci tangan.

Kebaikan-kebaikan individu yang massif dilakukan tentu akan jadi kebaikan kelompok dan masyarakat. Imbasnya, satu per satu masalah negara ini bisa terurai dan bisa terselesaikan. Maka, maka Reformasi 22 tahun yang lalu bisa jadi pemicu kita lebih baik. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun