Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rebahan, Eks Mensesneg Moerdiono, dan Kehati-hatian

17 April 2020   15:45 Diperbarui: 17 April 2020   15:44 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini banyak orang yang diduga rebahan di rumah setelah Covid-19 menerjang. Saya pun begitu. Bahkan sebelum Covid-19 menggejala luar biasa, saya pun sering rebahan.

Saya rebahan ketika berusaha menidurkan anak kecil saya. Sembari rebahan, sembari mengipasi anak dengan kipas tangan. Saat momen itu, tentu harus lebih diam agar si kecil bisa tertidur pulas.

Ketika terdiam itu, pikiran lari ke sana ke mari. Banyak hal yang masuk keluar ke pikiran. Kadang memikirkan diri sendiri, kadang memikirkan keluarga, kadang memikirkan selain dua hal itu.

Tadi pagi, saat ritual rebahan itu saya memikirkan tentang karakter orang yang unik. Si A, si B, si C, dan seterusnya. Karakter unik yang bisa saya renungkan. Lalu, dari pikiran yang lari agak kencang itu, tiba-tiba ada satu sosok yang nyantol.

Dia adalah mantan Menteri Sekretaris Negara Moerdiono. Saya tak memikirkan soal dirinya berada dalam pusaran Orde Baru yang dinilai banyak pihak sebagai pemerintahan yang buruk. Saya hanya memikirkan bagaimana almarhum dalam berkata-kata dan performanya.

Saat Mensesneg Moerdiono sering nongol di TV, saya masih SD. Kala itu, performa purnawirawan TNI itu sering jadi bahan olok-olok. Sebab, dia berbicara sangat lambat, tidak cekatan, cenderung tak terlihat pandai. Dalam beberapa jeda antar kata, sering muncul suara "eeeee". Saya pun memiliki pandangan yang sama, sekalipun saya masih kecil.

Namun, dalam perenungan saya saat ini, saya berbalik pikiran. Bagi saya Moerdiono itu orang yang patut dicontoh dalam hal kehati-hatian. Saya membayangkan, di masa Presiden Soeharto tekanan dalam hal komunikasi publik jelas sangat besar.

Menteri Sekretaris Negara adalah salah satu corong komunikasi ke masyarakat, selain Menteri Penerangan Harmoko kala itu. Saya membayangkan, jika salah kata ketika menyampaikan informasi ke publik, maka bisa celaka.

Maka, bicara Mensesneg Moerdiono yang lambat itu, sepertinya memang memilah kata yang tepat untuk disampaikan. Untuk memilah membutuhkan waktu. Saya ingat, ada kata-kata yang diperhalus di masa lalu dan mungkin masih digunakan di masa kini. Misalnya kata "ditangkap" dihaluskan jadi "diamankan".

Nah, saya pikir dia memang lambat bicara karena memang harus memilah dan memilih kata yang tepat. Satu hal yang kemudian membuat saya meyakini  Moerdiono sebagai orang yang stres berat adalah ketika dia bisa sangat ekspresif ketika acara dangdutan.

Dulu, ada stasiun TV yakni TPI yang identik dengan acara dangdut. Cukup sering dilangsungkan acara dangdut live yang menampilkan pedangdut papan atas Indonesia. Di acara itu, Moerdiono sering hadir. Dia tak canggung ikut berjoget di panggung sembari membawa peluit bertali yang dikalungkan di leher.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun